Pilgub Sumbar Tanpa PDIP
PDIP tidak (bisa) ambil bagian dalam perhelatan Pemilihan Gubernur Sumatera Barat. Sebab setelah Puan Maharani melontarkan pernyataan seakan Sumbar tidak Pancasilais, pasangan Mulyadi-Ali Mukhni mengembalikan rekomendasi dukungan PDIP.
Keputusan Mulyadi dan Ali Mukhni tersebut tentu setelah melalui perhitungan matang. Sebab kalau mereka memaksakan tetap menggunakan dukungan PDIP, justru itu akan memperburuk citra mereka, sehingga tidak disukai rakyat Sumbar.
Apalagi sebenarnya, dengan hanya didukung Demokrat dan PAN, pasangan Mulyadi-Ali Mukhni sudah memenuhi syarat untuk menjadi Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat.
Sebab Demokrat dan PAN masing-masing memiliki 10 kursi di DPRD Sumbar. Artinya, gabungan suara dua partai tersebut adalah 20 kursi. Jumlah tersebut sudah melampaui syarat minimal yang hanya 13 kursi.
Saat ini PDIP dan terkhusus Puan Maharani telah menjadi pihak yang sangat tidak disukai oleh orang Minang. Pernyataan Puan memang sangat rasis, “Semoga Sumatera Barat menjadi provinsi yang memang mendukung negara Pancasila,” kata Puan.
Pernyataannya mendapat reaksi luas dari orang Minang, tak hanya di Sumatera Barat, tapi juga di Jakarta dan berbagai daerah. Rata-rata mereka mengecam dan menganggap Puan buta sejarah.
Sebab pada kenyataannya, banyak sekali tokoh Sumbar yang menjadi bagian dari pendiri bangsa ini, dengan Pancasila dan UUD 1945 yang telah menjadi kesepakatan bersama.
Puan Maharani cucu Soekarno, pengurus teras partai penguasa dan saat ini menjabat sebagai Ketua DPR-RI, apa yang merasukinya sehingga sampai melontarkan pernyataan tolol seperti itu?
PDIP memang tidak pernah menang di Sumatera Barat. Partai merah tersebut tak pernah bisa menarik simpati orang Sumbar, sehingga karenanya PDIP menjadi kerdil di ranah Minang tersebut.
Tapi kenyataan tersebut seharusnya tidak menjadikan Puan kalap, sampai harus menyebut orang Minang seakan tidak mendukung Negara Pancasila.
Tapi apa hendak dikata, Puan sudah terlepas kata. Masyarakat Sumbar sudah terlanjur marah. Mulyadi dan Ali Mukhni sudah tak sudi mendapatkan dukungan PDIP.
Pun, seandainya PDIP mengalihkan dukungan tersebut kepada pasangan lain, saya pastikan tidak akan ada yang mau. Sebab dengan didukung PDIP, pasangan yang bersangkutan sama saja dengan bunuh diri.
PDIP meradang. Pengembalian rekomendasi dukungan oleh Mulyadi dan Ali Mukhni tentu mencoreng wajah partainya Jokowi tersebut. “Sejak awal saya sudah menduga bahwa Mulyadi tidak kokoh dalam sikap sebagai pemimpin, sehingga mudah goyah dalam dialektika ideologi,” kata Hasto Kristiyanto, Sekjend PDIP.
Orang yang paling terjepit dalam persoalan tersebut tentu adalah Alex Indra Lukman, Ketua DPD PDIP Sumatera Barat. Tapi ia pun tidak bisa berbuat banyak, selain menerima keputusan Mulyadi dan Ali Mukhni.
Yang pasti ke depannya, PDIP akan semakin terseok-seok di Sumbar. Ketidak-sukaan orang Minang semakin klimaks karena pernyataan Puan Maharani.
(By Abrar Rifai)