Gelora Masuk Kabinet, Fahri Jadi Menteri?
Oleh: Erizal
Judul ini tanda tanya, tapi bukan sejenis hoaks. Mungkin sejenis halusinasi, tapi bukan sesuatu yang mustahil. Bisa dimulai diskusi sejak saat ini, semacam dicicil, agar tak seperti dukungan Gelora Solo dan Medan, tiba-tiba ramai, bahkan lebih ramai ketimbang partai pemenang seperti PDIP dan Gerindra. Gelora memang luar biasa.
Kalau soal reshuffle kabinet, kendati dibantah, belum dalam waktu dekat ini, tapi seperti tak terhindarkan. Banyak sektor yang stagnan, karena memang kabinet ini disusun bukan untuk menjawab krisis saat ini. Bahkan, terpikir krisis pun, tidak. Situasi dianggap landai-landai saja. Ternyata, krisis itu datang seperti air bah.
Artinya, reshuffle kabinet hanya menunggu waktu. Apakah setelah setahun tanggal 20 Oktober? Atau lewat sedikit awal tahun 2021? Apalagi setelah marah-marah Presiden Jokowi dalam pembukaan pleno rapat kabinet tempo hari. Yang ditunggu itu siapa menggantikan apa dan karena apa? Yang baru, apakah ada?
Jangan lupa. Orang-orang kritis yang mengaku oposan saat ini seperti Rizal Ramli, Said Didu, dan Refly Harun, sebelumnya, juga berada di dalam entah sebagai menteri, jabatan ini-itu, yang intinya jadi pendukung pemerintah. Kini seperti anti. Jangan salah. Dan kalau ditawarin posisi lagi, belum tentu juga menolak. Bisa jadi.
Nah, yang lagi ramai itu Partai Gelora, secara khusus Fahri Hamzah. Akibat dukungan pada Gibran dan Bobby, foto Fahri sudah dimiripkan dengan Ali Mochtar Ngabalin. Politik lokal yang berimbas nasional. Pelakunya mudah dilacak. Kelompok anti-Jokowi dan yang saya istilahkan "sarok balai". Apa pun dibuat Fahri, anti banget.
Siapa tahu semua akan meluncur cepat ke situ. Wong, Gerindra dan Prabowo yang masuk ke kabinet menjabat Menhan, orang tak mengira. Apalagi desas-desus Fahri diminta bergabung ke kabinet sejak awal, sudah terdengar nyaring. Tapi Fahrinya saja yang tak mau karena alasan hendak bikin partai. Kini, partai itu sudah lahir.
Partai Gelora di bawah komando Anis Matta bukanlah politisi baru. Ia pernah berada dalam pemerintahan dua periode SBY memimpin. Dan Fahri Hamzah, terbukti bisa sangat kritis, meski berada dalam pemerintahan. Seorang kritikus tajam sekaligus eksekutor handal, mesti terus dibuktikan. Di situlah letak tanggung jawabnya.[]