GATOT: KAMI TIDAK AKAN MENUNTUT
Dalam waktu seminggu sebuah balai pertemuan dan sebuah hotel, membatalkan secara sepihak sewa ruangan untuk acara Deklarasi KAMI Jabar. Sekalipun pembayaran telah dilunaskan dan rekomendasi Satgas Covid-19 telah diperoleh.
Puluhan pelajar SMK dan seorang penyanyi berbakat telah 2 minggu berlatih maraton, terancam batal tampil. Ribuan kotak makanan telah dipesan, terancam teronggok sia-sia. Puluhan relawan yang telah bekerja siang-malam menantang langit gelap.
Ada apa di negeri yang telah dimerdekakan dari otoritarianisme 22 tahun lalu? Apakah otoritarianisme telah kembali lagi?
Baiklah, setidak mereka harus membayar mahal atas kezaliman ini. Begitu pikiran banyak orang.
Tetapi Jenderal Gatot yang semestinya lebih murka dari kami, malah tersenyum.
"Tidak apa. KAMI tidak usah menuntut para pihak yang zalim itu. Bukankah mereka juga orang tertindas?"
Di tengah malam kami bergulat dengan rencana baru. Besok deklarasi tetap harus dilangsungkan. Apapun hambatannya semangat kami malah semakin berkobar.
Dalam waktu beberapa jam setting baru dituntaskan.
Massa dipindahkan ke depan Gedung Sate, bersama sebuah mobil komando. Pada saat yang sama sebuah tenda didirikan di halaman sebuah rumah.
Deklarasi yang sederhana di halaman rumah, mengingatkan proklamasi yang melegenda itu. Pk.10.00 Senin 7 September 2020 hadirin bersama-sama menggetarkan angklung, mendeklarasikan berdirinya KAMI Jawa Barat.
Kurang dua kilometer dari rumah deklarasi itu ratusan massa menggelar orasi. Empat jam di tengah panas menyengat tidak seorang beranjak.
Mereka menunggu pemimpin mereka Gatot Nurmantyo, Rochmad Wahab, Din Syamsudin, Jumhur Hidayat.....
(Oleh : Radhar Tribaskoro)