[PORTAL-ISLAM.ID] Pada 13 Agustus 2020 lalu, Israel mengumumkan dukungan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, terkait proses normalisasi hubungannya dengan Uni Emirat Arab (UEA). UEA pun jadi negara Arab ketiga yang pada akhirnya berdamai dengan Negeri Zionis setelah Mesir (1979), dan Yordania (1994).
Langkah Israel berdamai dengan UEA yang mendapat dukungan Amerika, dianggap memuluskan langkah untuk merealisasikan ambisi aneksasi wilayah Tepi Barat, Palestina.
Dalam berita pada 26 Agustus 2020, Turki di bawah komando Presiden Recep Tayyip Erdogan, memberikan respons terkait langkah yang diambil UEA berdamai dengan Israel. Menjunjung tinggi solidaritas Muslim, Erdogan menggandeng Iran sebagai sekutunya menentang ambisi Israel itu.
Sementara itu, menurut laporan yang dikutip dari Iranian Students News Agency (ISNA), Rusia pun pada akhirnya ikut mendukung Iran dan Turki.
Dengan tegas, Erdogan menyatakan akan menutup hubungan diplomatik Turki dengan Uni Emirat Arab. Tak segan, Erdogan juga akan menarik Duta Besarnya dari UEA, sebagai balasan atas kesepakatan negara itu berdamai dengan Israel. Erdogan berjanji akan melakukan upaya apapun, sebagai dukungan terhadap perjuangan rakyat Palestina.
"Kami mungkin akan menangguhkan hubungan diplomatik atau menarik duta besar kami (dari UEA). Karena, kami akan mendukung rakyat Palestina. Kami tidak membiarkan Palestina dikalahkan atau membiarkannya dikalahkan," ucap Erdogan dikutip VIVA Militer dari Ahval News.
Senada Direktur Badan Intelijen Israel, Yossi Cohen, menganggap Turki sebagai ancaman yang lebih dahsyat daripada Iran, mantan Wakil Penasihat Badan Keamanan Israel, Chuck Freilich, mengecam tindakan Erdogan. Freilich menganggap langkah yang diambil Erdogan membuat Turki akan menjadi musuh bagi banyak negara.
"Erdogan tidak mungkin tidak menjadi lebih buruk. Dia telah mengubah Turki menjadi negara yang hampir menjadi musuh banyak negara," kata Freilich.
Pendapat lain juga diutarakan oleh Gallia Lindenstrauss, peneliti senior dan spesialis kebijakan Turki di Institut Studi Keamanan Nasional Tel Aviv, Israel. Dalam pandangannya, kesepakatan damai Israel dan UEA adalah bukti kekhawatiran Israel terkait masalah keamanannya.
Israel memandang Hamas, sayap militer Palestina, bisa mendapat dukungan penuh dari Turki. Itu berarti, Israel harus mengatasi masalah keamanannya.
"Dalam beberapa tahun terakhir, telah ada kesadaran dan keprihatinan yang lebih besar dan berkembang, di seluruh pembentukan keamanan Israel. Ini berdasarkan fakta bahwa di tanah Turki, Hamas mampu melakukan kegiatan yang tidak hanya bersifat politis. Tetapi juga memiliki hubungan langsung dengan sayap militernya," ujar Lindenstrauss.
Sumber : Viva