[PORTAL-ISLAM.ID] Demonstrasi anti-Islam terjadi di negara-negara Skandinavia yaitu Denmark, Swedia, dan Norwegia disorot dunia internasional. Dalam demo ini, ada aksi membakar dan meludahi kitab suci umat Islam, Alquran.
Terkait itu, Dewan Pimpinan Pusat Front Pembela Islam (DPP FPI) ikut bersuara. FPI menyampaikan keterangan tertulis resmi itu kepada awak media melalui Sekretaris Umum DPP FPI, Munarman pada Kamis, 3 September 2020.
"Perbuatan yang dilakukan sekelompok kafir harbi jahil murrokab tersebut adalah salah satu bukti kebencian yang mendalam terhadap Islam. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi," demikian dikutip dari keterangan tersebut.
FPI menegaskan tak layak aksi pembakaran Alquran disebut sebagai kebebasan berekspresi. Aksi itu dinilai menistakan kitab suci Alquran.
"Jelas sekali apa yang dilakukan tersebut adalah perbuatan kriminal, kejahatan terhadap Islam," katanya.
Pun, diimbau agar segenap mujahid mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan gelombang kebencian yang dilakukan agen-agen kafir harbi di wilayah Indonesia.
FPI juga meminta duta besar Denmark, Swedia, dan Norwegia di Indonesia merespons persoalan ini. Para pelaku pembakaran yang sempat ditangkap tapi dibebaskan diminta untuk dihukum berat.
"Mendesak agar duta besar negara Denmark, Swedia, dan Norwegia untuk meninggalkan Indonesia dan menyampaikan pesan kepada pemerintah masing-masing bahwa para kriminal tersebut seharusnya dihukum berat. Bukan malah dikonstruksikan sebagai pengusung kebebasan berpendapat," demikian keterangan itu lagi.
Surat pernyataan FPI ini ditandatangai pada Rabu, 2 September 2020. Pernyataan ini ditandatangani Ketua Umum FPI Ahmad Shabri Lubis dan Munarman selaku Sekretaris Umum.
Dilansir dari Aljazeera.com, aksi demo antimuslim terjadi di Swedia dan Norwegia akhir pekan kemarin. Massa yang rusuh dan bentrok aparat sempat membakar kitab suci Alquran.
Di Swedia, massa yang unjuk rasa membakar Alquran. Sementara, di Swedia, Alquran dirobek dan diludahi salah seorang demonstran.
Demo meningkat lantaran sentimen terhadap imigran dari Timur Tengah. Dugaan sentimen ini dipicu politikus Denmark, Rasmus Paludan.
Sumber : Viva