5 Jam Bersama Anis Matta (Part 5)
Kira-kira setengah jam malam itu saya bertemu pak Anis di kantornya, Patra, Kuningan. Itu pun di sela-sela kegiatan rapatnya bersama jajaran pengurus pusat partai barunya. Lalu terpotong oleh sesi makan malam menu olahan kepala ikan salmon dan sholat isya' berjama'ah.
Saat pak Anis masuk ruang rapat kembali, saya berpamitan. Saya balik ke penginapan di Bekasi membawa rasa sesal, kok terlalu sekelumit yang saya dengar dari pak Anis, jika saya tidak lanjut dengan pertemuan berikutnya. Apalagi, saya sungguh penasaran dengan suasana kesibukan orang-orang di kantor malam itu. Mereka sibuk membahas dan memberi rekomendasi dukungan kepada cakada di berbagai daerah. Lho, partai baru kok sudah tancap gas terlibat aktif dalam pilkada? Serius amat ngurusin Indonesia?
Esoknya, saya menghubungi seorang teman, minta nomor whatsappnya pak Anis. Dan siangnya saya kirim pesan pertama kalinya seumur hidup saya kepadanya. Dari sinilah terjadinya pertemuan selama 5 jam itu.
[26/8 13:53] Achmad Fathony: Assalamualaikum
[26/8 13:54] Achmad Fathony: Ustadz, saya blm balik ke sidoarjo. Msh berharap bisa ngobrol lbh leluasa dlm kelonggaran wkt antum
[26/8 13:55] Achmad Fathony: Ada wkt kah?
[26/8 17:44] Pak AM: salam syekh.
[26/8 17:45] Pak AM: bsk pagi bisa insya Allah.
Saat ketemuan, Pak Anis antara lain bercerita tentang komunikasinya dengan orang dari berbagai kelompok politik, bahkan yang non politik. Yaitu, mereka yang berada di barisan pro pemerintah, maupun yang kontra, termasuk misalnya Rocky Gerung. Mereka yang berlatar orde lama, orde baru, orde reformasi, hingga pesohor generasi milenial. Di tengah perbincangan, pak Anis tetiba mendapat kabar melalui handphone, lalu diberitahukan kepada saya. "Ini tambah lagi ada artis bergabung ke Gelora", katanya sambil menunjukkan video seorang artis (dangdut) muda di yutub. Saya lihat sekilas saja, terus menoleh ke arah lain. Ehm.
Saya pun bertanya lebih jauh, dan pak Anis meladeni, tentang prediksi masa depan PDIP, Gerindra, Nasdem, PAN, dan lainnya. Juga tentang person-person: Jokowi, Megawati, Prabowo, Gatot Nurmantyo, calon presiden (ketum) PKS, Salim Segaf Al Jufri, Lutfi Hasan Ishaq. Konteks perbincangan terbatas dinamika politik, dan barangkali sebagiannya hanya merupakan pandangan subyektifnya pak Anis. Yang saya garis bawahi, pak Anis ini pergaulannya luas, tidak terkungkung dalam asumsi kebanggaan diri dan klaim superioritas kelompoknya. Dia juga punya otak dengan gagasan-gagasan relevan untuk masa kini dan masa depan Indonesia. Dia bukan orang yang under capacity untuk memimpin partainya, dan membawa Indonesia keluar dari krisis. InsyaAlloh.
Saya tidak bisa menulis lebih banyak hal tentang uraian substansi paragraf sebelum paragraf ini. Pembaca harap maklum. Akan seru juga sih jika saya tulis itu secara panjang lebar. Cuman, saya khawatir jadi berdampak memburamkan harapan kita merajut kerjasama yang kolaboratif dengan sesama anak bangsa yang beragam. Sebenarnya saya sangat ingin menuliskannya di sini, terutama yang berkaitan dengan latar belakang kelahiran ormas Garbi dan kemudian partai Gelora. Itu karena banyak potongan peristiwa di sana bisa terangkai seutuhnya dengan penjelasan-penjelasan pak Anis yang saya percaya kejujurannya.
Tapi sudahlah. Orang-orang yang menolak fakta kebenaran itu memang ada. Bahkan, memang harus ada hingga kiamat. Mereka menolak fakta kebenaran, hanya karena kabar fakta itu keluar dari mulut orang yang dibencinya, atau dari mulut orang yang dikomando oleh pimpinannya untuk dibenci. Padahal yang lebih baik, mencintai dan membenci itu janganlah kebangetan. Itu nasehat Ali bin Abi Thalib:
“Cintailah orang yang kau cintai sekedarnya saja, karena boleh jadi kelak kau akan membencinya. Bencilah orang yang kau benci sekedarnya saja, karena boleh jadi kelak dia akan menjadi orang yang kau cintai.”
(Bersambung)
*Tulisan Sebelumnya: 5 Jam Bersama Anis Matta (Part 4)