[PORTAL-ISLAM.ID] Kunjungan Presiden Perancis, Emmanuel Macron ke Beirut, langsung setelah insiden ledakan di Pelabuhan Beirut, dari sisi kemanusiaan cukup patut diapresiasi sebagai bentuk dukungan moril dan solidaritas terhadap rakyat Lebanon yang menjadi korban.
Macron menjadi Presiden pertama yang berkunjung ke Lebanon pasca insiden. Ada info, katanya besok atau lusa Presiden Turki juga mengutus Wakilnya dan Menlu ke Beirut sebagai bentuk dukungan dan solidaritas.
Tanpa mengindahkan protokol pandemic covid-19, Macron tidak hanya berkunjung ke tempat ledakan, tetapi juga menemui rakyat Lebanon yang menjadi korban dan mendengarkan curhatan mereka. Seakan Macron adalah salah satu pejabat pemerintah Lebanon. Btw, Presiden Michel Aoun saja nggak segitunya kemarin ketika berkunjung ke TKP.
Kunjungan Presiden selevel Perancis ke Beirut tentunya tidak saja dibaca dari sisi kemanusiaan, tetapi juga tentunya membawa misi-misi politik dan ekonomi yang tidak bisa pandang sebelah mata.
Pertama: Kunjungan Macron merupakan langkah diplomatik yang cerdas, pada saat Yellow Vests masih aktif di Perancis, Macron memberikan citra positifnya di mata rakyat Lebanon, dan tentunya langkah ini akan meningkatkan citranya juga di Eropa, sebagai Presiden yang care dan humanis. Kalau bukan karena Corona, mungkin Macron sudah dilengserkan juga oleh Yellow Vests.
Kedua: Keterkaitan Francophonie, Lebanon merupakan stasiun terakhir bagi Perancis di Timur Tengah. Dengan kunjungan ini Macron berupaya untuk memperkuat pengaruh Perancis di Lebanon, meskipun di negara itu kepentingan saling tarik menarik antara berbagai kekuatan politik yang berlatar belakang sekte dan agama.
Ketiga: Ladang minyak di perairan Lebanon. Perusahaan minyak Perancis, Total, pada Juni lalu mengumumkan bahwa exploitasi di blok 4 gagal, Total hanya akan mengeksploitasi blok 9, dan akan dimulai pada Mei 2021.
Keempat: Mempersempit ekspansi pengaruh Turki. Tarik menarik pengaruh di Libya antara Turki dengan Perancis, tampaknya sampai saat ini tidak menguntungkan Paris. Langkah Macron ini dapat dinilai untuk mempersempit langkah diplomatik Turki untuk meningkatkan pengaruhnya di Lebanon.
Kelima: Kerugian akibat insiden mencapai USD 7 miliar, kehadiran Macron di Beirut sebagai Presiden pertama yang datang akan menjadi modalitas bagi perusahaan-perusahaan konstruksi Perancis untuk mengambil peran besar dalam Rebuild Beirut.
Btw, Perancis pernah memiliki mandat atas Lebanon berdasarkan kesepakatan Sykes-Picot. Menariknya, di medsos Lebanon banyak yang meminta Perancis untuk kembali mengambil mandat atas Lebanon untuk 10 tahun ke depan!
Sampai saat ini, 50 ribu orang telah menandatangani petisi tersebut, mereka mengatakan, "Ta'a wa jib ma'ak intidab..."
Wajar saja kalau keresahan rakyat pada pemerintahnya yang korup setelah merdeka, sehingga membuat petisi memanggil kembali penjajah untuk mengurus negara mereka. Hal itu tidak hanya bisa terjadi di Lebanon, tapi bisa juga terjadi di negara anda 😁
(By Saief Alemdar)