Menunggu Aksi Lanjutan Polri Untuk Buronan Yang Lain
Bisa melakukan itu karena kepolisian sudah membina kerjasama dengan kepolisian negara lain. Bahasa gampangnya, sesama aparat kepolisian negara sudah terbentuk grup WA'nya. Jadi koordinyasinya bisa secara langsung tanpa melibatkan jabatan diatasnya lagi.
"Bro, bantuin nangkep buronan gw dong, dah 11 tahun nih kabur. Tempo hari dateng, malah buat malu kita. Tolong ya.."
"Siaaap bro. Lu kirim aja foto'nya, kalau ada informasi alamat, lebih bagus. Biar kita langsung bergerak kesana.."
"Thanx bro, ntar foto dan alamat terakhir gw kirim. Kalau dah ketangkep, langsung calling gw ya...salam buat rekan2 disana."
Mungkin begitulah percakapan imaginernya. Karena sudah biasa menjalin komunikasi, maka meminta bantuan bukan perkara susah.
Dan akhirnya, DjokTjan benar tertangkap dan pihak kepolisian Malaysia menyerahkan DjokTjan secara simbolis ke kepolisian RI. Jika hubungan baik, permasalahan akan menjadi mudah untuk diselesaikan.
Kesuksesan penangkapan DjokTjan, seharusnya bisa menjadi inspirasi untuk melakukan hal sama pada buronan-buronan kelas kakap kepolisian dan kejaksaan. Dari beberapa daftar buronan kelas kakap, mengapa tidak ada yang bisa tertangkap?
Jika hubungan antar negara baik, seharusnya cara dengan Malaysia bisa dicoba dengan negara lain ketika mengetahui keberadaan buronan negara kita di negara tersebut.
Mengapa tidak terjadi?
Apakah harus menunggu 11 tahun atau kelipatannya untuk mau mengungkap? Atau harus tercoreng dulu muka aparat, seperti kasus DjokTjan yang mendapatkan fasilitasi dari oknum kepolisian kemarin?
Bagaimana dengan Harus Masiku, yang sudah diketahui berada dinegara ini namun tidak bisa mengendus dimana keberadaannya. Jika kerjasama police to police bisa menangkap DjokTjan, harusnya sistim itu bisa juga dijalankan ketika perintahnya masih satu garis lurus dalam kesatuan. Gak susah kan?
Saat publik meminta aksi yang sama untuk menangkap buronan kelas kakap, jangan sampe jawabannya akan begini...
"Sorry friend, mereka belum masuk anggota grup WA kita, jadi susah koordinasinya."
(By Iwan Balaoe)