Pesawat N250 yang merupakan mahakarya (alm) BJ Habibie akhirnya dimuseumkan di Museum Pusat Dirgantara Mandala, yang berada di kawasan Lanud Adi Sutjipto, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Rabu, 19 Agustus 2020.
Tahun 1986 dimulai proyek pembuatannya. Butuh waktu 9 tahun untuk mewujudkan mimpi Indonesia memilili pesawat terbang sendiri.
50 tahun Indonesia Merdeka, sebuah kado diberikan oleh anak bangsa dengan lahirnya pesawat nasinal Gatok Kaca.
Pada 1995, bertepatan HUT RI ke-50 pesawat tersebut berhasil mengudara di langit Indonesia. Rasa bangga begitu dirasakan atas keberhasilan tersebut.
"Pesawat buatan sendiri dan kebanggaan bangsa Indonesia N-250 yang dijuluki Gatotkaca pernah menggegerkan dunia internasional karena kecanggihan dan performanya melebihi zamannya saat itu," ujar Kadispen TNI AU Marsma Fajar Adriyanto kepada wartawan, Rabu (19/8/2020).
N-250 sempat tampil dan menjadi idola di beberapa International Air Show, salah satunya di Le-Bourge, Paris Air Show 1997.
Pesawat N250 merupakan mahakarya BJ Habibie yang didedikasikan untuk negara. Melalui kejeniusannya, dia berhasil membuktikan bahwa anak bangsa mampu memproduksi pesawat di tengah keterbatasan yang ada.
Semua negara dunia melihat kehebatan serta kecanggihan pesawat N250. Apalagi kala itu pesawat karya anak bangsa ini menggunakan teknologi paling canggih, yakni fly by wire.
Fly by wire (FBW) merupakan sebuah sistem kendali yang menggunakan sinyal elektronik dalam memberikan perintah kendali pesawat. Teknologi ini ditemukan oleh Presiden Ketiga Indonesia, BJ Habibie.
Mulai ada pesanan masuk dari negara luar. Sayang, terjadi krisis moneter tahun 1998.
Saat krisis ekonomi 1998 melanda, N250 dihentikan produksinya, setelah IMF meminta IPTN ditutup karena dianggap memberatkan ekonomi. Gatotkaca pun dirumahkan, tidak boleh terbang. Pupus sudah harapan bangsa Indonesia memiliki pesawat produksi dalam negeri.
N250 Gatot Kaca teronggok di hanggar tanpa tau kapan akan memulai lagi.
5 presiden pengganti setelah Soeharto, tidak ada yang melirik N250 yang berselimut debu. Mereka biarkan N250 teronggok mati menjadi bangkai.
Padahal, N250 dibangun dengan uang negara. Sudah seharusnya proyek ini dilanjutkan karena telah separuh jalan. Entah apa yang ada di kepala para pemimpin negara setelah era Soeharto dan Habibie.
Kemarin, tepat 25 tahun usia N250 Gatot Kaca. Pesawat ini harus dipindahkan dari hanggar PT. DI (IPTN) Bandung menuju museum Dirgantara Mandala di Yogyakarta. Sesuatu yang dimuseumkan, artinya sesuatu yang tidak bisa dikembangkan lagi dan dijadikan sejarah.
Dulu pada ulang tahun ke 50 Indonesia merdeka, negara ini mendapatkan hadiah pesawat mahakarya anak bangsa. Saat ini, di kemerdekaan ke 75. Negara ini harus menguburkan pesawat karya anak bangsa yang dulu dibanggakannya, karena tidak ada lagi menaruh perhatian akan keberadaannya.
Selamat berbaring Gatot Kaca, tidurlah dan bermimpi bahwa negara ini akan terbebas dari bebannya.
(Iwan Balaoe)