Lebanon Di Antara Preman-preman Ekonomi Dunia
(1) Jalur gas Israel-Eropa yang direncanakan terbentang hingga lebih dari 3500 km, membuat posisi pelabuhan Beirut teramat strategis.
(2) Tahun 2010, AS mengungkapkan telah menemukan cadangan gas Libanon mencapai 96 Triliun Kubik meter dan minyak 865 juta barel pertahun.
(3) Bisa dibayangkan, superioritas negara tidak lagi di darat, atas laut, atau udara. Tapi juga di bawah samudera. Inikah yang terjadi di Mediterania.
(4) Kehadiran alat-alat cerdas di bawah air menjadi penting sama dengan pentingnya kekuatan udara dan intelijen udara (UAV-SİHA).
(5) Didukung kecerdasan pesisir pantai seharusnya bagus. Maka diperlukan investasi besar untuk membangun pangkalan di negara-negara Mediterania.
(6) Ketersediaan kapal bor. Di dunia, hanya 5 negara yang memiliki kapal bor laut dalam. Turki memiliki 5 buah kapal, yang belum dimiliki Israel, Mesir.
(7) Haluk özdil salah seorang pakar futuristik studies memprediksikan, pada wawancara TV tanggal 28 Mei 2020, berbasis pada buku Freemasonry tentang Libanon, bahwa tiga bulan kemudian akan ada ledakan besar di Libanon.
(8) Alasan ledakan, bukan aksi teroris, pembunuhan, atau pemberontakan. Tapi lebih kepada superioritas mengontrol jalur energi.
(9) Jika melihat foto-foto peta, jalur Libanon menjadi lebih ekonomis dibanding jalur Israel-Cyprus. Apalagi jika menggunakan jalur Libanon-Cyprus Turki.
(10) Namun premanisme ekonomi dunia, tentu tidak akan mengizinkan sekecil apapun keuntungan bisa dirasakan negara ketiga. Apalagi negara kecil seperti Libanon.
(11) Preman UAE, bernafsu menguasai seluruh akses pelabuhan di Mediterania, termasuk menguasai pulau Saqtary milik Yaman dan pelabuhan di Somaliland.
(12) Israel terwakili UAE dan tentu Saudi Arabia, yang juga ikut menikmati akses melalui dua pulau Tiran-Shanafir yang diserahkan AsSisi kepada Saudi 2015 lalu.
(13) Saudi berkepentingan dengan proyek Neom. Hingga rela memerangi Yaman. UAE mengamankan pelabuhan Dubai tidak tergantikan di Timur Tengah. Lalu Israel bernafsu menjadi pusat energi Timur Tengah menuju pasar Eropa.
(14) Kemarahan Turki juga diawali dari kesepakatan pemilik pantai Mediterania yang menghilangkan peran Turki dalam proyek Pipanisasi energi ke Eropa. Jadi masalah ideologi, agama, sekte, bukan hal penting lagi bagi para preman ekonomi global.
-The end-