Keren peta ini. Suatu ketika sepanjang malam aku berdiskusi di pinggiran tiang-tiang airport King Abdul Aziz di Jeddah dengan ustaz Ilham A. Rani tentang kejayaan Kesultanan Aceh masa lalu.
Kalau melihat Aceh hari ini, aku tidak percaya kalau suatu ketika 400 tahun lalu kapal perang Aceh pernah menguasai Selat Malaka. Tetapi Ustaz Ilham A. Rani bersikeras memberikan literatur dan referensi-referensi kuat, bahkan penelitian-penelitian ilmiah dari Universitas-univeristas Eropa. Diskusi itu berakhir ketika bungkusan-bungkusan Albaik datang dan membuat kami lupa pada semua kisah lama itu.
Kalau para wanita Aceh pada zaman dulu seperti Laksmana Malahayati, Cut Mutia, Cut Nyak Dhien, maka tidak aneh apa yang tertera dalam peta itu, bahkan bisa lebih dari itu.
Sekedar diketahui, Laksamana Malahayati adalah salah satu Laksamana Wanita terbesar di dunia, beliau memimpin perlawanan terhadap penjajah untuk Kesultanan Aceh abad ke-16, dan setelah 72 th Indonesia merdeka nama beliau disematkan sebagai Pahlawan Nasional.
Pada tahun 1585–1604, beliau memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana (Mungkin seperti Dan Paspampres hari ini) dan Panglima Protokol Pemerintah Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah IV.
Malahayati memimpin 2.000 orang pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang telah syahid) berperang melawan kapal-kapal dan menyerang pertahanan Belanda tanggal 11 September 1599 sekaligus membunuh Cornelis de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal.
Dia mendapat gelar Laksamana karena keberaniannya ini, sehingga dia kemudian lebih dikenal dengan nama Laksmana Malahayati.
Duel satu kawan satu antara Malahayati dengan Cornelis de Houtman sangat luar biasa, mengingatkan kita pada duel Laksmana Artemis dengan Jendral Themistocles di atas kapal perang Persia.
Saat itu Cornelis de Houtman berumur 34 tahun. Dan Malahayati saat itu adalah The First Woman Admiral in the Modern World. She's awesome in every sense of the word!
Katanya, reputasi Laksmana Malahayati sebagai "The Guardian of Aceh Kingdom" sampai ke telinga Ratu Elizabeth I. Inggris akhirnya memilih jalur diplomatik untuk masuk ke selat Malaka, karena tidak mau bentrok dengan Malahayati.
Elizabeth I mengirim Utusan Khusus nya, James Lancaster untuk menemui Sultan Aceh, dan Sultan Banten. Sultan Aceh meminta Laksmana Malahayati untuk menjadi kepala negosiator. She was awesome!!!
Kapan-kapan ditunggu ceritanya lebih lanjut Ustaz Ilham A. Rani.
(By Saief Alemdar)