𝗝𝗔𝗦𝗔 𝗧𝗘𝗥𝗣𝗘𝗡𝗧𝗜𝗡𝗚 𝗞𝗛𝗜𝗟𝗔𝗙𝗔𝗛 𝗜𝗦𝗟𝗔𝗠𝗜𝗬𝗔𝗛 𝗣𝗔𝗗𝗔 𝗡𝗨𝗦𝗔𝗡𝗧𝗔𝗥𝗔
Oleh: Dr. Moeflich Hasbullah
Setelah menyaksikan film dokumenter Jejak Khilafah di Nusantara (JKDN), salah satu kesimpulan saya, diantara kesimpulan-kesimpulan yang lain adalah, kesultanan-kesultanan Islam di Nusantara bukan hanya memiliki hubungan, relasi dan kerjasama ekonomi, dakwah dan militer dengan kekhilafahan sejak Khulafaur Rasyidin, kemudian Bani Umayyah, Bani Abbasiyah hingga Turki Utsmaniyah, tetapi, lebih jauh dari itu, Nusantara ini diislamkan oleh kekhilfahan Islam dengan fasilitas kekuasaan yang mereka miliki sebagai superpower saat itu.
Lain kata, Nusantara hingga hari ini, dan kita semua hingga sekarang, mungkin masih beragama Hindu atau Kristen yang dibawa dan ditanamkan oleh kolonial selama dua abad, bila khilafah Islamiyah tidak mengirimkan ulama-ulama utusannya berdakwah ke Nusantara yang dimulai dengan Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik di Jawa Timur abad 14.
Membaca jejak khilafah di Nusantara adalah jejak bersyukur bangsa Indonesia menjadi Muslim dan Islam menjadi mayoritas di negeri ini. Keimanan kita telah diselamatkan oleh Allah melalui khilafah Islamiyah yang mengutus para ulamanya ke negeri-negeri jauh termasuk ke Nusantara.
Jadi, bila kita sekarang khawatir dan ketakutan kepada khilafah Islamiyah bahkan alergi mendengarnya, itu sebenarnya kita menolak, anti dan membenci sesuatu yang telah menyebabkan kita menjadi Muslim, menolak yang, secara syariat, membuat kita menerima hidayah. Lucu? Tentu saja. Ironis? Sangat!!
Mengapa bisa begitu? Wajar. Itu karena ketidaktahuannya. Menolak dan takut itu, teori psikologinya, karena ketidaktahuan. Apakah mereka salah? Tidak. Penjelasan sosiologis-historisnya, itu menunjukkan pengaruh Barat sudah sangat kuat berakar di negeri ini mempengaruhi alam pikiran sejak era kolonial hingga sekarang (4 abad) yang berlangsung di bawah sadar.
Wajar bila sebagian masyarakat Muslim Indonesia sekarang, tanpa sadar, sudah 𝙬𝙚𝙨𝙩𝙚𝙧𝙣𝙞𝙯𝙚𝙙 (terbaratkan) bahkan 𝙬𝙚𝙨𝙩𝙤𝙭𝙞𝙘𝙖𝙩𝙚𝙙 (teracuni alam pikiran Barat) disebabkan selama 4 abad, kesadaran dan kemajuan Barat mempengaruhi alam pikiran masyarakat Indonesia terutama setelah kemerdekaan.
Kekhawatiran dan penolakan masyarakat Muslim pada karuhunnya sendiri (khilafah) itu harus diterima dengan lapang dada dan dimaklumi tanpa amarah apalagi kebencian karena itulah tugas dakwah. Itulah lahan ibadah untuk membuktikan bahwa Islam adalah rahmatan lil 'alamin, sebagaimana yang sudah dibuktikan oleh para ulama utusan khilafah Islamiyah zaman lampau yang sudah mengislamkan negeri ini, menyiramkan hidayah dan keselamatan.
Wallahu a'lam.