Gelang Emas Kaisar Persia
Oleh: Ahmad Sarwat, Lc.MA
Dalam pelarian dari kejaran tokoh musyrikin Mekkah saat hijrah menuju Madinah, Nabi SAW berhasil ditemukan oleh Suraqah.
Betapa bahagia Suroqoh membayangkan iming-iming hadiah yang dijanjikan Abu Sufyan. 100 ekor unta disayembarakan bagi siapa saja yang bisa menyeret Beliau SAW hidup atau mati.
Saya menghitung untuk ukuran zaman sekarang, misalnya harga unta 35 juta rupiah, dikalikan 100 ekor, berarti nilainya 3,5 M. Lumayan banget.
Dan seharusnya Nabi SAW selesai riwayatnya begitu ditemukan oleh Suroqoh. Padahal beliau sebelumnya sudah berhasil mengecoh Abu Jahal di Gua Tsur.
Namun disitulah letak kelihaian Nabi Muhammad SAW. Suroqoh ini meski dia kafir, sebenarnya dia oportunis saja. Dia cuma melihat peluang keuntungan kalau bisa menangkap Muhammad SAW dapat hadiah 100 ekor unta. Kebetulan Suroqoh pun bukan termasuk kelompok muslimin.
Nabi SAW rupanya bisa membaca alur berpikirnya Suroqoh ini. Orang macam ini sebenarnya oportunis sejati. Dan di titik itulah kemudian Nabi SAW memainkan kartu trufnya.
Kepada Suraqah, Nabi SAW lantas menawarkan alternatif peluang keuntungan yang jauh lebih besar, ketimbang hanya dapat 100 ekor unta, yakni gelang emas Kaisar Persia.
Pertama, 100 ekor unta iming-iming hadiah itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan gelang emas Kaisar Persia, Kisra. Harga ratusan kali lipat di pasar emas.
Kedua, nilai historisnya buat Suroqoh tentu bisa bikin pengaruh besar 7 turunan, bila bisa memiliki gelang emas yang legendaris sang Kaisar.
Ketiga, cukup bersabar beberapa tahun saja, semua impian itu dipastikan segera jadi kenyataan.
Dan Suroqoh nampaknya bisa membaca bahwa Nabi Muhammad SAW meski dia sendiri belum mengimaninya, namun dia yakin sekali masa depan dakwah Muhammad SAW sangat berpotensi untuk jadi penguasa dunia.
Rupanya Suraqah pintar juga. Ditawarkan keuntungan lebih besar, ternyata dia mau. Ya iyalah, siapa yang tidak mau ditawarkan gelang emas Kisra.
Padahal saat itu boro-boro bisa menaklukkan Kekaisaran Persia, lha wong menyelamatkan diri dari kejaran musyrikin Mekkah pun, Nabi SAW agak keteteran.
Pertanyaannya, kenapa Suroqoh mau saja? Apa dia tidak takut dikibuli atau dipecundangi oleh Nabi SAW?
Nah, ini dia yang kadang kita lupa. Rupanya gelar Al-Amin alias 'orang sangat dipercaya' itu tetap melekat di benak setiap orang, termasuk di benak orang kafir dan tentunya Suroqoh sendiri.
Yang janji mau memberi gelang emas Kaisar Persia itu seorang Muhammad lho. Mana ada kata dusta dalam riwayat sang Nabi SAW?
Orang Mekkah yang kafir itu boleh saja ingkar pada masalah ketuhanan, kenabian, kitab samawi dan hari akhir. Toh semua itu kan urusan ghaib.
Tapi mana pernah orang Mekkah tidak percaya kepada Nabi Muhammad SAW dalam urusan harta dan kekayaan?
Bahkan kenapa Beliau SAW termasuk paling terakhir hijrah, justru karena masih sibuk mengembalikan titipan harta warga Mekkah yang mengusir Beliau.
Kalau saya yang berposisi kayak Nabi SAW saat itu, diusir oleh warga Mekkah, tapi di tangan saya masih teronggok harta kekayaan mereka, pastilah saya bawa kabur sekalian. Salah sendiri, kenapa saya kalian musuhi?
Tapi Muhammad SAW itu seorang jujur dan terpercaya. Diusir tapi masih mau kembalikan harta titipan pihak yang mengusir.
Keren banget, bukan?
Musyrikin Mekkah boleh saja ingkar dalam urusan yang ghaib, tapi dalam urusan harta benda, 100% mereka percaya kepada Nabi SAW yang mereka gelari sebagai : Al-Amin.
Maka wajar kalau Suroqoh pun percaya saja apa dijanjikan Nabi SAW terkait gelang emas Kaisar Persia. Ya, kenapa pula harus tidak percaya.
Dia pun pulang ke Mekkah tidak jadi menangkap Nabi SAW. Dia malah berpura-pura tidak pernah bertemu Nabi SAW. Dan kalau ada yang mencari Nabi SAW ke arah yang benar, Suroqoh justru mengecoh mereka.
Saya sudah cari sampai sana, percuma lah, kalian cuma buang-buang waktu saja, mending cari ke arah lain, gitu kata Suroqoh.
Maka selamat lah Nabi SAW beserta Abu Bakar dari kejaran orang musyrikin Mekkah.[]