[PORTAL-ISLAM.ID] Nama Guru Besar Universitas Airlangga (Unair), Henry Subiakto tengah menjadi buah bibir di media sosial.
Namanya mencuat setelah terlibat adu debat dengan filsuf dari Universitas Indonesia (UI) Rocky Gerung dan Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin di sebuah stasiun televisi swasta nasional.
Ketiganya berdebat mengenai dana influencer yang digelontorkan pemerintah.
Sementara Henry Subiakto menjadi tenar lantaran sempat menyindir Rocky Gerung bahwa dia adalah profesor sungguhan. Selain itu, Henry juga sempat menyebut salah satu nama pemimpin influencer yang didanai pemerintah.
Sejurus itu akun medsos Henry Subiakto menjadi ramai oleh warganet. Selain membicarakan pernyataan saat di TV, publik juga mempergunjingkan beragam twit yang ditulis Henry.
Teranyar, dia berkicau mengenai serangan buzzer dan cyber army terhadap akun Twitter-nya. Bagi Henry serangan itu memberi pesan bahwa keberadaannya dan apa yang disampaikan sudah menyebar di kalangan buzzer dan berhasil mengusik mereka.
“Serangan-serangan itu wujud dari membela kelompok dan junjungan mereka,” tegasnya, Minggu (30/8).
Pernyataan ini sontak disambar mantan Sekjen Partai Demokrat Hinca Pandjaitan. Dia lantas mempertanyakan mindset Henry Subiakto di balik penyebutan kritik adalah serangan.
“Prof, jangan anggap semua kritik adalah serangan. Jika ini yang menjadi mindset anda, berbahaya bagi kita manusia yang berpendidikan,” tekannya.
Hinca meminta Henry untuk introspeksi diri dan tidak reaktif. Sebab sikap reaktif justru akan memancing buzzer kembali menyerang.
“Pilah prof, kritik itu lahir sebab ada pesan/narasi kita yang keliru. Buzzer lahir, karena kritik dibalas benci dan emosi, dan prof memperlihatkan gelagat itu,” tegasnya.
Sumber : RMOL