"Ketika kudeta terhadap Presiden Erdogan gagal. Jhon Kerry Menlu AS tak kuasa menyembunyikan kekecewaan Amerika Serikat. Obama, Presiden AS saat itu, mencoba mencairkan suasana AS-Turki dengan mengutus dua menteri sekaligus ke Turki. Tentu menutupi jejak peran AS atas operasi kudeta, sekaligus mengucapkan selamat kepada Erdogan.
Tanpa diduga, sambutan kantor kepresidenan Turki sangat dingin. Obama lalu mengirimkan Joe Biden, Wapres AS menemui Presiden Erdogan. Lalu ia kembali ke AS dan membuat laporan kepada Obama, 'Hampir saja rombongan AS disediakan dua sajadah dan tokiah Turki', isyarat bahwa sambutan Presiden Erdogan tidak berubah. Dendam ini yang terbawa Bidan hingga saat ini."
Demikian tulis Dr. Abdullah Gawwadi, guru besar Politik Universitas Kairo.
****
Joe Biden nampak masih menyimpan rapat kenangan itu. Ia pun berjanji, bila menang pilpres, akan membantu oposisi Turki melengserkan Presiden Erdogan. Hal yang membuat emosi kalangan AKP dan partai-partai oposisi Turki, sebab dianggap ikut campur urusan dalam negeri Turki.
Banyak hal yang membuat hubungan Turki dan AS memanas. Turki tidak "sepatuh" tahun 40-an, yang ketika itu harus menutup pabrik pesawat Turki demi mendapat restu AS untuk masuk NATO dan UE. Terbayang bagaimana tekanan terhadap Turki tahun 1945, hingga terpaksa mengakui entitas negara Yahudi Israel.
Kini tuntutan AS juga serupa. Misalnya, Turki diminta membatalkan proyek pesawat siluman TFX yang akan diproduksi tahun 2023, usai disingkirkan dari proyek F35B.Tentu semua paham, sanksi AS tersebut dikarenakan Turki belanja S-400 Rusia.
Turki jika mau menang mudah di Miditerania, harus menyerahkan izin eksplorasi gas ke perusahaan AS dan meratifikasi perjanjian laut dengan Israel. Sampai saat ini, permintaan tersebut ditolak.
Sebagaimana Turki menolak menunda program kapal induk khusus untuk pesawat yang terbang dan mendarat secara vertikal yang akan dituntaskan akhir tahun 2020. Kendati 18 pesawat F35 B yang seharusnya dikirim ke Turki, dan sebenarnya akan menjadi armada tempur di lautan kini digunakan militer AS.
(By: Dr. Nandang Burhanudin)