BAGI BARAT, TAK BOLEH ADA NEGERI ISLAM YANG KUAT
Dalam satu video yang baru-baru ini tersebar ke publik, calon Presiden terkuat Amerika Serikat, Joe Biden mengatakan akan menjatuhkan Presiden Erdogan di Turki jika dia nanti terpilih.
Dia juga bertekad untuk memperkuat oposisi sekuler Turki.
Agaknya, tersebarnya video ini menjadi strategi kampanye Joe Biden menjelang suksesi Pilpres.
Biden mencoba menciptakan musuh bersama untuk mengkonsolidasikan pendukungnya, sekaligus sebagai upaya menarik perhatian kalangan Yahudi.
Terlepas apapun tujuan Joe Biden, apa yang dia ungkapkan ini menunjukkan kemunafikan mereka. Juga menunjukkan fakta bahwa kebangkitan Turki semakin membuat mereka waspada.
Istilahnya, tak boleh ada negara yang kuat yang jika tidak bisa mereka atur dan intervensi. Apalagi jika itu adalah negeri muslim.
Turki sejauh ini terus berusaha mandiri dalam memenuhi kebutuhan alutsista dalam negeri. Berhenti dari ketergantungan dari luar negeri. Dan itulah yang membuat mereka memiliki harga diri.
Maka Erdogan sejauh ini sama sekali tidak merespon pernyataan Joe Biden. Sebab, sudah bukan rahasia lagi dan bukan pertama kali upaya Barat menjatuhkan pemerintah sah di negeri-negeri muslim.
Bagi Erdogan, agar negeri muslim disegani kafirun jawabannya adalah berhenti dari ketergantungan kepada mereka.
Tapi pernyataan Joe Biden semakin menunjukkan karakter kolonialias Amerika Serikat. Sekaligus, menunjukkan rasa frustasi mereka melihat kebangkitan Turki yang semakin eksis di kawasan.
Pernyataan Joe Biden hanya direspon bawahan Erdogan seperti jubir Erdogan, Ibrahim Kalin. Dia mengatakan, era Amerika Serikat dengan seenaknya mengintervensi Turki sudah berakhir.
Bagi kita sebagai muslim, ini menunjukkan satu hal, bahwa bagi kafirun tak boleh ada negeri Islam yang kuat. Tapi tentu saja, itu hanya harapan kosong.
Bahkan saat ini, Turki sedang menghadapi berbagai plot kejahatan yang ingin melemahkannya. Baik dari dalam maupun luar negeri.
Amerika Serikat dan Perancis melalui bonekanya pemberontak PKK di Tenggara Turki.
Yunani dan Prancis yang ingin mengunci Turki di perairan Mediterania.
Rusia, Perancis, Emirat Arab and the gank di Libya. Di Libya, Turki hadir membantu rakyat Libya yang diserang pemberontak pimpinan Khalifa Hafthar yang didukung Rusia, Perancis, Mesir dll.
Faktanya, Turki tidak mundur dan terus maju menghadapi mereka.
Bahkan, Turki juga kembali berhadapan dengan Rusia dan Armenia di Azerbaijan. Di sini, Turki hadir membantu muslim Azerbaijan yang diserang tentara Armenia dengan dukungan Rusia.
Jadi, Joe Biden bukan barang baru dalam konstalasi ini.
Bahkan, rencana jahat Joe Biden ini akan membuat rakyat Turki semakin solid mendukung pemimpin mereka.
(By Teuku Zulkhairi)