Ketika πππΌπ πΏπππ, tak sesuai π½ππππ
Kadang kita dibuat garuk kepala dengan pemberitaan bahwa Pertamina merugi. Bagaimana mungkin sebuah perusahaan yang memonopoli peredaran BBM di negara ini bisa merugi? Semua orang butuh BBM, semua orang membeli ke Pertamina karena tidak ada saingannya.
"Kan ada perusahaan asing yang jual BBM juga?"
Perusahaan asing memang ada, namun mereka gak boleh menjual harga semaunya. Ada ketentuan harga yang harus mereka sepakati, yang mengharuskan Pertamina gak boleh kalah. Selain itu, perusahaan asing juga hanya ada di kota besar untuk pengadaam stasiun pengisian bahan bakarnya.
Tetap Pertamina paling jago.
Kenapa bisa rugi? Kan harga minyak dunia kemarin turun, dan Pertamina gak menurunkan harga BBM ke masyarakat. Berbeda dengan perlakuan negara luar yang langsung menurunkan harga jual BBM nya.
Disinilah keheranan kita, saat minyak dunia turun sudah berapa keuntungan Pertamina yang masih bertahan pada harga lama???
Sebagai gambaran, dengan harga BBM sebesar Rp 6.500 per liter, keuntungan Pertamina dari jual beli BBM ini bisa mencapai sekitar Rp. 17 triliun per bulan. Dengan asumsi satu barel minyak mentah sebesar USD 40, maka dengan kurs rupiah terhadap dollar sebesar Rp 14.000 per dollar, harga per barel minyak sebesar Rp 560.000. Apabila satu barel setara dengan 160 liter minyak, maka harga beli minyak mentah per liternya hanya Rp 3.500
Untuk memproduksi minyak mentah menjadi BBM, rata-rata biaya produksinya sebesar 20 persen. Dengan angka tersebut, maka harga BBM per liter yang siap jual kira-kira sebesar Rp 4.200 per liternya.
Dengan harga jual BBM sebesar Rp 6.500 per liter dan biaya produksi hanya Rp 4.200 per liter, Pertamina bisa meraup untung hingga Rp. 2.300 per liter. Dengan konsumsi BBM nasional sebanyak 1,6 juta barel yang setara dengan 256 juta liter per hari, berarti keuntungan yang diraih dari penjualan BBM mencapai sekitar Rp 588 miliar per hari atau Rp. 17 triliun per bulan.
1 bulan 17 Triliun, sudah berapa bulan penurunan harga minyak dunia tanpa ada penyesuaian harga BBM pertamina? Harga 1 barel USD $ 40, adalah harga saat ini. Bulan sebelumnya bahkan sampai menyentuh angka USD $ 20/barel.
Katakanlah selama 4 bulan kebelakang harga minyak dunia itu sudah turun drastis, artinya selama 4 bulan keuntungan pertamina dari mempertahankan harga lama mencapai 68 Triliun rupiah.
Kok bisa rugi di kuartal pertama, dimana keuntungannya mencapai 68 T saat harga minyak dunia turun? Kemana larinya uang ini..???
Intermezzo aja,
Kata pak Said Didu, Pertamina gak bisa turunkan harga BBM dikarenakan itu bukan wewenangnya, karena kewenangan menurunkan harga ada dipemerintah, melalui kuasa kementrian ESDM.
Sayangnya, pemerintah dilema memberikan izin menurunkan harga. Karena hutang pemerintah sendiri pada pertamina sampai saat ini mencapai 96 Triliun, yang diakibatkan pemberian subsidi pada Premium dan Solar. Selisih harga jual ini yang menjadi tunggakan pemerintah pada Pertamina.
Pandemi corona membuat kas cekak. Benar ada penurunan harga minyak dunia, dan hal itu merupakan kesempatan menangguk keuntungan dari rakyat. Ibaratnya, mubazir apabila potensi keuntungan ini malah dilewatkan. Maka itulah yang kita terima, harga BBM tidak bergeming dari harga lama.
Kembali ke masalah kerugian pertamina. Jika alasan kerugian karena penurunan penggunaan BBM, tetap saja jadi heran karena walaupun penurunan ini mencapai 40% di Solar dan 33% di Premium, tetap saja edaran yang keluar menguntungkan bagi pertamina dengan melihat selisih keuntungan selama minyak dunia turun.
Katakanlah 50% penurunan pemakaian BBM, jika 100% pemakaian BBM untung 68 T, artinya selama pandemi ketika terjadi penurunan 50%, keuntungan akan berkurang menjadi 34 T. Masih menang banyak kan?
Tapi mohon maaf, hitungan menang banyak itu asalnya dari saya yang hanya bisa melihat dari luar. Karena kata Pertamina penghitungan rugi laba harus memperhatikan biaya di sektor hulu sebagai modal pembangunan yang telah dijalankan. Untung di hilir tapi rugi di hulu, maka kalkulasinya adalah RUGI 11 TRILIUN di semeseter 1 2020.
Kalau dah begini, apa'an aja kerja ahok...? π
(By Iwan Balaoe)