AGAMIS PANCASILAIS SEBELAH KUMIS
Waktu kampanya Pilpres kemarin Cebong rame banget nyindir, Prabowo sholat jum'at dimana? Setelah Prabowo jadi keluarga besar Jokowis, pertanyaan sindiran itu menguap ke langit ketujuh.
Pertanyaan itu sebenarnya cuma cara Cebongs membanggakan keshalihan Jokowi dibanding Prabowo. Jadi sebenarnya mereka jualan agama dalam kampanyenya. Saat bersamaan mereka rame-rame menuduh Prabowos jualan agama. Dungunya tuh disitu.
Kemarin Megawati bilang, "Dalam usia 75 tahun kemerdekaan Indonesia, masih ada pihak yang mempertentangkan prinsip benegara kita. Agama dengan negara, agama dengan pancasila, bahkan mengotak-atik ideologi negara," kata Megawati saat menjadi pembicara kunci dalam webinar virtual, Selasa (18/8/2020).
Padahal masih hangat Megawati melalui PDIP jadi “tertuduh” yang akan mengotak-atik Pancasila dengan RUU HIP-nya. Mungkin kalau NU dan Muhammadiyah tidak ikut menentang RUU HIP, PDIP bakalan cuek saja menggocek RUU itu hingga goaaaal. Walhasil PDIP keluar lapangan sebelum pertandingan usai. Mereka bilang, RUU HIP bukan inisiatif PDIP. Berarti kan mereka mengaku kalau HIP itu salah. Boro-boro minta maaf, malah seperti nggak ada kejadian apa-apa. Masih merasa paling pancasilais, nasionalis, tanpa kumis.
Dalam pidato kenegaraannya kemarin Presiden Jokowi bilang, "Jangan ada yang merasa paling benar sendiri, dan yang lain dipersalahkan. Jangan ada yang merasa paling agamis sendiri. Jangan ada yang merasa paling Pancasilais sendiri," kata Jokowi.
Pidato itu jadi multi tafsir. Pertama, Jokowi menaruh agamis dalam satu kotak dan menaruh pancasilais dalam kotak yang lain. Berbeda dengan Megawati yang maunya agamis ya harus pancasilais, pancasilais ya harus agamis, jangan dipertentangkan. Itu maunya yang tersurat, walau praktiknya beda.
Kedua, tumben-tumbenan Jokowi marahin orang yang dianggap paling pancasilais sendiri. Kan dia dulu yang mulain, saya Indonesia saya Pancasila. Mereka teriakan itu sampai capek, sampai bosan sendiri.
Selama ini paling sering Jokowi menuduh orang yang paling agamis dengan sebutan radikal radikul. Dalam Bahasa buzzeRp, kudran kadrun. Nggak mungkinlah presiden bilang kadrun, maka cara yang paling aman adalah memperhalus dengan paling agamis.
Kalau cuma yang paling agamis saja yang disindir, pasti dibilang tidak adil. Apa boleh buat yang paling pancasilais pun harus disindir juga. Tapi kenapa ya kok yang “terdengar” hanya sindiran yang paling agamis saja? Ya karena sindirian yang paling pancasilais hanya tempelan saja. Kan selama ini Jokowi dan pendukungnya yang disindir sebagai pemegang kunci Pancasila, oposisi dianggap sebagai ancaman NKRI. Dikadrun-kadrunkan, mau Kristen kek, mau Islam kek, kalau keras mengeritik Jokowi berarti kadrun anti Pancasila.
Beda kalau misalnya dalam pidatonya Jokowi memberi penekanan khusus yang dimaksud sebagai paling pancasilais. Menjewer para pejabat, tokoh politik, buzzeRp yang dengan gampangnya menuduh lawannya sebagai anti Pancasila.
Jadi sebenarnya yang tersirat dalam pidato itu sebelas dua belas lah dengan ZulpikaRp. Cuma beda diksi saja.
(Oleh: Balyanur)
AGAMIS PANCASILAIS SEBELAH KUMIS Waktu kampanya Pilpres kemarin Cebong rame banget nyindir, Prabowo sholat jum'at...
Dikirim oleh Bang Rojak pada Selasa, 18 Agustus 2020