[PORTAL-ISLAM.ID] Persis empat tahun lalu, 15 Juli 2016, terjadi kudeta militer terhadap Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Kudeta yang nyaris berhasil.
Ketika berita kudeta tersiar, rakyat Turki bergegas turun ke jalanan untuk membela presiden Erdogan yang mereka cintai. Di antara mereka adalah Safiye Bayat. Ibu dua anak berusia 34 tahun ini merupakan salah satu dari orang-orang pemberani yang melawan kudeta.
Setelah meninggalkan rumahnya sekitar tengah malam, Safiye bergabung dengan sekelompok orang yang menuju Jembatan Bosporus, salah satu dari tiga jembatan yang menghubungkan kedua sisi Istanbul yang berada di bawah kendali militer komplotan kudeta.
Setelah berjalan selama beberapa jam, dia tiba di jembatan, lalu menuju ke tempat di mana tank-tank komplotan kudeta itu diparkir. Tanpa rasa takut, dirinya berjalan ke arah para prajurit yang mengambil alih Jembatan Bosporus, dia meyakini bahwa para prajurit tidak akan membunuh seorang wanita yang tidak bersenjata. Safiye melewati pasukan dan menghadapi komandan pasukan di jembatan. Tanpa ampun, komandan kudeta meraih lengannya dan menodongkan senapannya dekat pipi Bayat dan menarik pelatuknya.
“Saya merasa seluruh wajah saya terbakar. Tapi saya tidak takut: saya bertekad. Saya mengatakan kepada mereka bahwa saya tidak bersenjata dan saya hanya di sana untuk berbicara dengan mereka. Mereka meminta saya untuk pergi dan segera setelah saya membelakangi mereka, sebuah bentrokan pecah. Mereka melepaskan tembakan ke udara tetapi orang-orang sudah berlari ke arah mereka,” tutur Safiye Bayat, seperti dilansir DailySabah.
Ketika bentrokan pecah, banyak yang terluka. Tetapi bukannya lari, Safiye memilih tetap di sana untuk membantu.
Malam itu sekitar 250 orang tewas dan ratusan lainnya terluka, termasuk Safiye sendiri yang ikut terluka.
Video yang menunjukkan dia berdiri melawan komplotan kudeta, membuatnya menjadi salah satu ikon perlawanan kudeta.
[Video]
[Daily Sabah/Turkinesia]