Oleh: Dr. Nandang Burhanudin
Sebagian mengira bahwa AKP Turki adalah bagian dari jamaah Ikhwanul Muslimin dan Presiden Erdogan kader IM. Siap-siap kecewa, AKP dan Presiden Erdogan menegaskan dirinya bukan bagian dari IM. Adapun perhatiannya terhadap Presiden Mursi dan tragedi Rab'ah, didasari kemanusiaan untuk menolong sesama Muslim yang Dizhalimi.
Fakta mendukung semua itu. Pendukung AKP banyak yang membuka aurat. Para pejabat perempuan AKP pun tak sedikit yang tak berhijab. Contohnya Fatimah Şèhin, gubernur Gèziantab dikenal sebagai tokoh sekuler murni, tapi ia dinobatkan sebagai gubernur paling sukses di seantero Turki dari partai AKP. Jadi AKP bukan partai kader, namun menghimpun semua kekuatan elemen bangsa.
Oleh karena itu, ketika beberapa individu yang dekat dengan Presiden Erdogan, membuat statemen yang mengatakan bahwa pengembalian fungsi Aya Shopia menjadi masjid, bagian dari Islamisasi Turki dan bangkirnya New Ottoman Empire, segera disanggah oleh juru bicara AKP.
"Turki adalah negara sekuler demokratis yang mengedepankan supremasi hukum dan sistem presidensial. Kami tidak menoleransi setiap pernyataan yang merusak tatanan Turki sebagai negara sekuler."
Presiden Erdogan menguatkan komitmen untuk tidak menyerang Kemal Ataturk, yang merupakan harga mati bagi sebagian besar rakyat Turki. Paling tidak ini dibuktikan dengan pencapaian suara AKP yang mandeg di bawah 50%.
Keehebatan prestasi Presiden Erdogan tidak mampu mengangkat dirinya ke level di atas 60%. Bahkan di beberapa provinsi Turki, AKP tidak pernah mampu menang hingga saat ini, dan masih didominasi partai peninggalan Ataturk.
Bagi Presiden Erdogan sendiri, cita-cita Ottoman Empire tidak harus berbentuk simbolisasi sakral yang mudah dipatahkan Barat dan memecah belah rakyat Turki.
Namun jauh lebih penting di lapangan: penguasaan Ekonomi, Teknologi, Militer di tangan orang Turki yang berhaluan agamis, nasionalis, demokrasi, kesejahteraan, dan kedaulatan untuk bangsa Turki.
Erdogan melanjutkan seluruh cita-cita pemimpin Turki sebelumnya. Meramu cita-cita Ataturk dalam bab spirit nasionalisme dan ekspansionisme. Merajut pemikiran Adnan Menderes-Necmettin Erbakan dalam hal Islamisasi.
Lalu mengambil ide Turk Kenesi, yaitu mimpi menyatukan negara dan bangsa yang berbahasa serumpun dengan Turki, seperti ide Presiden Turki sebelumnya, Turgut Ozal yang berambisi menyatukan kembali bangsa dari Laut Adriatik hingga perbatasan dengan China mencakup ras Uighur di dalamnya.[]
Pada tahu ga sih? Erdoğan menyarankan ke Mesir, #Morsi waktu itu, agar Mesir jd sekuler saja. Sekuler tidak berarti menegasikan agama. Tiap kali ditanya soal ini, Erdoğan acapkali bilang, “Laiklik olur.” (Terjemah bebas: “Ga masalah sekuler”.— Herriy Cahyadi™ (@herricahyadi) July 27, 2020
High politic itu begini, cuy.
Erdoğan capek-capek bangun pijakan baru, mencerabut banyak hal fundamental sekulerisme Turki secara perlahan & hati-hati selama 20thn, tiba-tiba muncul pendompleng “khilafah”. Islamis simbolik yg asal gebrak macam gini yg justru jd batu sandungan peradaban umat.
— Herriy Cahyadi™ (@herricahyadi) July 27, 2020
Mereka mengira mudah melengserkan kezaliman dg jargon-jargon dan massa yg pseudo (nampak banyak tapi buih). Urat lehernya lebih terlihat ketimbang urat tangan dan urat kepalanya. Suaranya lebih keras dibandingkan pikiran dan usahanya.
— Herriy Cahyadi™ (@herricahyadi) July 27, 2020