[PORTAL-ISLAM.ID] Uzeyir Civan, salah satu dari ribuan warga Turki yang turun ke jalan pada malam 15 Juli 2016 untuk melawan upaya kudeta menggulingkan Presiden Erdogan, mengatakan betapa bangganya dia membela negaranya bahkan dengan kehilangan lengan.
Uzeyir yang saat ini tinggal di Gumushane di wilayah Laut Hitam Turki, pada malam terjadinya upaya kudeta sedang berada di Tuzla, kota metropolitan.
Para pembela demokrasi yang memadati jalan-jalan tidak akan diam di hadapan tentara pengkhianat bahkan dengan risiko kehilangan nyawa atau anggota tubuh mereka, kata Uzeyir kepada Anadolu Agency.
“Saya pikir saya bisa meyakinkan mereka untuk kembali ke barak, dengan memberi tahu mereka [bahwa] apa yang mereka lakukan salah,” kata Uzeyir.
“Berhenti! Jatuhkan senjatamu, kita semua adalah saudara!” Uzeyir berteriak.
“Saya berlari ke arah mereka bahkan sebelum orang-orang di sebelahku berteriak ‘Tentara adalah saudara polisi,’ tetapi mereka mulai menembaki saya, membidik saya.”
Uzeyir mengingat tangannya terluka, dan bagaimana nanti, di rumah sakit, luka itu membuatnya kehilangan lengan.
“Alhamdulillah saya kehilangan lengan saya, bukan [kehilangan] negara saya. Kami tidak melepaskan tanah air kami kepada pengkhianat,” kata Uzeyir.
“Saya hidup, tapi saya juga bisa mati untuk negaraku.”
Kudeta yang didalangi oleh kelompok FETO dan pemimpinnya yang berbasis di AS pada tahun 2016, berhasil digagalkan. Kudeta tersebut menyebabkan 251 orang gugur dan hampir 2.200 terluka.
Turki juga menuduh FETO berada di balik kampanye jangka panjang untuk menggulingkan negara melalui infiltrasi institusi Turki, khususnya militer, polisi, dan pengadilan. [Anadolu Agency]
[Video]