[PORTAL-ISLAM.ID] WASHINGTON - FBI (Biro Investigasi Federal) Amerika Serikat (AS) telah menangkap tiga warga negara China atas tuduhan penipuan visa. Penangkapan ini dikonfirmasi Departemen Kehakiman setelah Amerika menutup paksa kantor Konsulat Jenderal China di Houston.
Orang keempat China yang diburu FBI masih buron. Menurut Departemen Kehakiman Amerika, orang tersebut bersembunyi di Konsulat China di San Francisco.
Menurut departemen itu, keempat orang termasuk tiga yang sudah ditangkap diyakini sebagai anggota tentara militer Beijing yang menyamar sebagai peneliti.
FBI, lanjut Departemen Kehakiman, baru-baru ini menginterogasi pemegang visa yang diyakini anggota militer China di lebih dari 25 kota di AS.
Aksi FBI ini dianggap para para ahli tindakan keras paling terkenal Amerika terhadap pencurian know-how (pengetahuan) AS dalam lebih dari 40 tahun hubungan kedua negara.
Pengumuman Departemen Kehakiman kemungkinan akan memicu ketegangan baru antara dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia yang telah memanas sejak pemerintah Trump memerintahkan China untuk menutup konsulatnya di Houston, Texas, paling lambat pada hari Jumat (24/7/2020).
Pemerintah Amerika telah mengintensifkan tuduhan bahwa China menggunakan operasi dunia maya dan spionase untuk mencuri teknologi, militer, dan pengetahuan AS lainnya dalam strategi untuk menggantikan Amerika Serikat sebagai kekuatan finansial dan militer terkemuka di dunia. Beijing membantah tuduhan itu.
"Anggota Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China ini mengajukan permohonan visa penelitian sambil menyembunyikan afiliasi mereka yang sebenarnya dengan PLA," bunyi pernyataan Departemen Kehakiman Amerika mengutip Asisten Jaksa Agung John Demers, seperti dikutip Reuters.
"Ini adalah bagian lain dari rencana Partai Komunis China untuk mengambil keuntungan dari masyarakat terbuka kita dan mengeksploitasi institusi akademik."
Kedutaan Besar China di Washington belum bersedia berkomentar.
Bulan lalu, Direktur FBI Christopher Wray mengatakan hampir setengah dari hampir 5.000 investigasi intelijen yang dilakukan biro itu terkait dengan China.
Para ahli menyebutnya tindakan keras terbesar yang diketahui atas pencurian kekayaan intelektual Amerika sejak kedua kekuatan nuklir memulai proses yang mengarah pada pembentukan hubungan diplomat pada 1979.
"Ini sejauh ini merupakan respons terbesar AS terhadap pencurian IP (properti intelektual) China sejak pembukaan ke China," kata James Mulvenon, seorang ahli operasi militer dan siber China di SOS International, kontraktor yang mendukung pemerintah AS. [Sindonews]