FAHRI HAMZAH:
"Karena saya sering pulang kampung maka saya mengembangkan apa yang bisa untuk masyarakat. Seperti perikanan, kelauatan, pariwisata, perkebunan, dll. Itu yang saya lakukan perlahan-lahan. Disamping saya memiliki basis konstituen yang intens di NTB karena kiprah menjadi anggota DPR/MPR selama 15 tahun.
Saya bertemu para nelayan di pesisir yang sangat menyesalkan kebijakan pemerintah pada 5 tahun terakhir yang melarang masyarakat yang hidup di pesisir memanfaatkan sumber daya bahari yang mereka punya yaitu benur lobster.
Perlu diketahui di NTB budidaya jenis-jenis udang sudah banyak dilakukan oleh masyarakat, terutama yang paling masif adalah budidaya udang vaname.
Tapi ada skema-skema didalam budidaya itu yang memang kalau tidak hati-hati bisa menghilangkan peran masyarakat bawah. Jadi yang bisa terlibat hanya pengusaha besar. Sementara mereka yang hidupnya hari-hari pas-pasan tidak bisa terlibat dalam bisnis budidaya itu.
Itulah sebabnya benur lobster itu sangat ideal. Karena dia secara instan memberi kehidupan bagi masyarakat.
Anda bayangkan jutaan orang yang hidup di pesisir, itu adalah jaring pengaman republik kita. Yang apabila mereka miskin, jaring pengaman itu bobol. Disitulah bisa terjadi penyusupan, penyelundupan, terorisme, bahkan invasi kedalam negara kita.
Tetapi apabila nelayan kita sejahtera, orang-orang yang hidup di pesisir itu hidupnya layak maka akan menjadi 'safty belt' bagi republik kita ini.
Itu sebabnya memprioritaskan apa yang dapat menjadi hasil instan bagi nelayan kita di pesisir itu harusnya diprioritaskan.
Saya dulu menyesalkan kenapa kebijakan-kebijakan di sektor kelautan itu basisnya populisme, bukan apa yang dibutuhkan ril masyarakat..."
[Selengkapnya video paparan Fahri Hamzah]