[PORTAL-ISLAM.ID] Presiden Turki Erdogan menggarisbawahi bahwa Turki membela hak, hukum, dan kepentingan negara dan sahabatnya di darat, di laut dan di udara.
Karena tidak memiliki rencana aneksasi pada wilayah dan sumber daya dari negara lain, Turki juga tidak mengizinkan orang lain menginjak kepentingannya, kata presiden Erdogan.
“Kami tidak memiliki perencanaan tentang hak, hukum, wilayah, laut, dan sumber daya siapa pun. Tapi, kami tidak mengizinkan siapa pun untuk melangkah di atas hak, hukum, dan kepentingan kami sendiri, ” kata Recep Tayyip Erdogan pada upacara pembukaan jalan lingkar Amasya Beltway melalui tautan video pada hari Sabtu (25/7/2020).
Menggarisbawahi bahwa Turki membela hak, hukum, dan kepentingan negara dan sahabatnya di darat, di laut dan di udara, Erdogan mengatakan itu mengecewakan mereka yang mengharapkan Turki untuk "sujud".
Erdogan menambahkan bahwa jika ada ancaman terhadap Turki, apakah itu di Irak, Suriah, Libya atau Laut Aegean, Turki menunjukkan kekuatannya dan bertekad melawan mereka tanpa ragu-ragu.
"Alasan mengapa mereka yang dengan keras menentang langkah Turki tetapi tidak bisa hadir di lapangan adalah karena mereka melihat kekuatan negara kita di setiap bidang," tambah Erdogan.
Solusi politik di Libya
Sementara itu, Erdogan bertemu Perdana Menteri Libya Fayez al Sarraj di Istanbul untuk membahas situasi terbaru di Libya.
Dia juga berbicara dengan Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte melalui telepon.
Direktorat Komunikasi Turki mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Erdogan dan Conte membahas perkembangan regional, khususnya di Libya yang lelah perang, serta kerja sama dalam memerangi Covid-19.
Para pemimpin sepakat untuk mempertahankan dialog untuk solusi politik di Libya.
Sejak April 2019, pasukan pemberontak panglima perang Khalifa Haftar telah melancarkan serangan terhadap ibukota Libya Tripoli dan bagian lain Libya barat laut, yang mengakibatkan lebih dari 1.000 kematian, termasuk perempuan dan anak-anak sipil.
Namun, pemerintah Libya baru-baru ini meraih kemenangan signifikan, mendorong pasukan Haftar keluar dari Tripoli dan kota Tarhuna yang strategis.
Pemerintah baru negara itu didirikan pada tahun 2015 di bawah perjanjian yang dipimpin oleh PBB, tetapi upaya untuk penyelesaian politik jangka panjang gagal karena serangan militer oleh Haftar, yang telah didukung oleh Perancis, Rusia, UEA dan Mesir.
PBB mengakui pemerintah Libya yang dipimpin oleh Sarraj sebagai otoritas sah negara itu.
Amasya Beltway
Mengenai jalan lingkar Amasya Beltway, Erdogan mengatakan akan mempersingkat rute dari 30 menit menjadi 7-8 menit.
Selain keselamatan dan kenyamanan lalu lintas, 110 juta lira Turki ($ 16 juta) akan dihemat dari bahan bakar dan waktu setiap tahun, tambahnya.