Barusan baca inbox. Entah berudu entah orang-orangan sawah, marah-marah.
"Dokter Tifa sekarang kritik Pemerintah melulu"
Kritik yang memang harus dikritik.
Puji yang harus dipuji.
Sementara tidak ada alasan untuk memuji.
Dan banyak alasan untuk mengkritik. kalau perlu habis-habisan.
"Memang Dokter Tifa tahu, bagaimana mengatasi bencana ini?"
InsyaAllah tahu.
"Kalau tahu, kenapa Dokter Tifa ngga diangkat jadi Menteri Kesehatan aja?"
Ini jelas pertanyaan menghina khas buzzer julid. Tapi, saya jawab deh.
Satu.
Saya tahu. boss ngga tahu. kan jaka sembung, lagian punya anak buah lebih pinter dari bossnya itu bahaya. bahaya buat pencitraan. wkwk
Dua.
Lah. kan siapa juga yang nunjuk. Memang saya bisa menunjuk diri sendiri? kegeeran amat sayanya?
Tiga.
Ngapain jadi Menkes? Emang saya mau?
Model saya jadi Menkes. bisa jadi bu Siti Fadilah kedua kali nasibnya. Saya bakalan lebih ganas dari beliau soal mengobrak-abrik oknum-oknum kesehatan global dan lokal yang bermain di pandemi ini.
Ngeri ah.
Mendingan begini. Nge swing kemana-mana. Kadang jadi Dokter, kadang jadi Reseacher. kadang jadi Penulis. kadang jadi Aktivis. Kadang jadi tukang masak. kadang keluyuran, bajalang kasana kamari.
Ini hidup terbaik yang saya miliki sudah dalam genggaman. Untuk apa main-main ke lapangan yang saya sendiri ngga paham dimana letak ranjau dan granat tanamnya.
Tuh pak Menkes aja sekarang sudah susah tidur nunggu kapan disuruh angkat koper.
nggak enak tauk, jadi pejabat itu.
Yang penting itu,
Jadi manusia, niatnya sejak lahir adalah untuk memberi manfaat sebanyak mungkin bagi sesama manusia.
Segala gelar, pangkat, jabatan itu amanah juga ujian.
Saya barangkali tidak dikasi jatah amanah juga ujian itu. Amanah dan ujian saya di tempat yang lain.
"Balik soal Corona, lalu pengetahuan Dokter Tifa, untuk solusi Corona ini, bagaimana supaya kita bisa tahu juga dong?"
Anda main di laman facebook saya tuh kurang jauh ternyata.
Makanya,
Ikut jadi Followers, kalau beruntung saya angkat jadi Friend.
Ikut Komunitas-Komunitas yang saya bikin.
Mau belajar COVID, ada komunitasnya.
Mau belajar Kanker, ada komunitasnya.
Mau belajar Penyakit Jantung dll, ada komunitasnya.
Belajar ama saya bener-bener jangan setengah-setengah.
Baca buku-buku yang saya tulis.
Simak baik-baik yang saya sampaikan.
Dan KERJAKAN!
Jangan rebahan melulu.
Ayuk ayuk ayuk.
Kita menuju angka 100.000 versi Jubir.
Menuju angka 2.500.000 versi Epidemiolog.
Masa sih, udah sejauh ini, semengerikan ini, semenakutkan ini, masih mau halusinasi, masih mau dibohongi, masih tidak mau belajar dan berusaha dengan sungguh-sungguh?
Kan ambyar.
(dr Tifauzia Tyassuma)
*fb 04/07/2020