Dalam Pengendalian Covid-19, yang Progress-nya Bagus Baru Jakarta
(1) Satu, dari sisi jumlah tes PCR hanya Jakarta yang memenuhi standar yang disyaratkan WHO yaitu 1 tes/ 1.000 penduduk/ minggu. Jakarta sudah lebih dari dua kali lipat standar WHO.
Bali dan Sumatera Barat ada di posisi 2 dan 3, walau belum penuhi standar WHO tapi jumlah tes sudah lumayan banyak dibanding provinsi lain. Yang agak ngeri adalah daerah dengan jumlah penduduk besar tapi jumlah tes masih kecil, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sebab artinya daerah abu-abu, bagian bawah gunung es, masih besar. Apalagi jika penduduknya santai-santai saja, kemana-mana tanpa masker.
(2) Dua, dari sisi tingkat positif (positivity rate). Yaitu jumlah kasus positif dari total tes. Jakarta memperlihatkan kemajuan signifikan, kini di angka hampir 5%. Sementara syarat dari WHO untuk new normal yaitu harus di bawah angka 10% positivity rate. Daerah-daerah lain, sayangnya belum memenuhi standar jumlah tes PCR WHO, ini kalau dalam public opinion survey mungkin sama dengan sampling error-nya terlalu besar. Jadinya angka positivity rate tetap nggak bisa dianalisa/ tak bisa dipercaya walau angkanya di bawah 10% seperti Jawa Barat, Yogyakarta, dan Banten.
Yang parah tentu saja adalah daerah yang jumlah tes-nya sedikit, tapi positivity rate-nya tinggi. Provinsi itu adalah Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Data-data ini adalah laporan WHO yang didapat dari data Kementerian Kesehatan. Jadi sudah pasti valid.
Apa makna data-data itu bagi kita? Ada maknanya. Sangat penting. Yaitu gambaran bahwa sesungguhnya kita masih belum aman. Termasuk kita yang tinggal/ kerja di Jakarta. Karena ada pergerakan penduduk antar daerah, walaupun Pemprov DKI Jakarta lakukan pembatasan ketat mobilitas warga. Tetap saja ada yang lolos.
Satu-satunya cara, lindungi diri sendiri. Tetap waspada dengan 3 M: Memakai Masker, Menjaga Jarak, Mencuci Tangan.
Take care.
Jakarta, 8 Juli 2020
Tatak Ujiyati
(Anggota TGUPP)