Oleh: Ustadz Dr. Zulfi Akmal
Sungguh yang menjadi penghalang terbesar dakwah Nabi Musa dan Nabi Harun bukanlah Fir'aun dan para pengikutnya. Yang menjadi penghalang terbesar justru adalah kaumnya sendiri, Bani Israel yang diperjuangkan beliau agar terbebas dari penjajahan dan penindasan Fir'aun.
Siang malam Nabi Musa berusaha menghilangkan beban penderitaan mereka akibat tekanan Fir'aun dan antek-anteknya, bukannya mereka berterima kasih, mendukung dan memberi apresiasi terhadap usaha itu. Malah mereka sakiti, caci maki dan menyusun makar untuk Nabi Musa.
Mereka meremehkan bahkan mengejek usaha Nabi Musa untuk membebaskan mereka dari penindasan dengan mengatakan, "Wahai Musa, percuma saja perjuanganmu untuk memerdekakan kami, sama saja, sebelum kamu ada dan setelah bertahun-tahun berjuang, tidak ada memperlihatkan hasil. Kami tetap saja tertindas kok. Tidak usahlah kamu sok-sok-an jadi pahlawan".
Pernyataan yang luar biasa aneh bila ditangkap dengan mantiq yang sehat. Bukannya mendukung dan ikut berjuang, malah yang mereka lakukan menggembosi perjuangan Nabi Musa.
Allah mengisahkan hal itu dalam Al Qur'an:
(قَالُوۤا۟ أُوذِینَا مِن قَبۡلِ أَن تَأۡتِیَنَا وَمِنۢ بَعۡدِ مَا جِئۡتَنَاۚ قَالَ عَسَىٰ رَبُّكُمۡ أَن یُهۡلِكَ عَدُوَّكُمۡ وَیَسۡتَخۡلِفَكُمۡ فِی ٱلۡأَرۡضِ فَیَنظُرَ كَیۡفَ تَعۡمَلُونَ)
Mereka (kaum Musa) berkata, ”Kami telah ditindas (oleh Fir‘aun) sebelum engkau datang kepada kami dan setelah engkau datang.” (Musa) menjawab, “Mudah-mudahan Tuhanmu membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi; maka Dia akan melihat bagaimana perbuatanmu.” [Surah Al-A'raf 129]
Begitulah jiwa manusia-manusia bermental budak. Ada orang yang memperjuangkan nasib mereka dan anak cucu mereka agar kekayaan alamnya tidak dirampas bangsa lain, agar hidup mereka bisa lebih terhormat, tidak menjadi babu di negeri sendiri, harga barang terjangkau, pendidikan layak bisa dinikmati, pelayanan kesehatan yang pantas dapat dirasakan, hukum tegak untuk siapapun, diskriminasi keadilan bisa dihabiskan, dan perbaikan merata dalam segala lini kehidupan.
Orang semacam itu bukannya mereka dukung dan bela. Justru mereka ikut-ikutan membully, menyalahkan, melabeli sebagai teroris, radikal, mabuk kekuasaan, dan berbagaimacam label jahat lainnya.
Mereka menjadi perpanjangan tangan bagi penguasa zalim untuk melanggengkan kekuasaannya, padahal mereka tidak mendapatkan apa-apa selain kenyamanan dalam kehinaan dan penderitaan.
Tidaklah heran bila Sayyid Quthb mengatakan: "Bila kemerdekaan mengucur dari langit bagaikan hujan, manusia bermental budak dan pecundang akan mencari payung untuk menangkisnya. Bila kebebasan diberikan kepada mereka dengan gratis mereka akan mencari tuan baru untuk dijilat dan menghambakan diri".
Nilai manusia tergantung kualitas akalnya.[]