Kebijakan Pemerintah Turki untuk mengamandemen UU yang memutuskan pengubahan status Aya Sofia dari museum menjadi masjid kembali menuai pro dan kontra.
Kalau kecaman dan kritikan datang dari Gereja Yunani, Othodoks Rusia, ataupun Kongres AS, aku masih bisa memahami, tapi ketika banyak muslim yang mengolok-olok kebijakan tersebut, miris rasanya.
Terlepas dari suka atau tidak dengan sejumlah kebijakan luar negeri Presiden Recep Tayyip Erdogan, mulai dari intervensi militernya di Suriah sampai ke Libya, tentunya kebijakan beliau ini merupakan sebuah langkah dignity yang patut diacungi jempol.
Aya Sofia, sebuah gereja Bizantium yang dibangun tahun 532 di ibukota Konstantinopel. Pada tahun 1453, diubah menjadi Masjid oleh Sultan Muhammad Al Fatih ketika Ottoman menguasai Konstantinopel. Pada tahun 1934, Attaturk menjadikannya sebagai Museum, dan status itu berlangsung selama 86 tahun tanpa ada seorang penguasapun di Turki yang berani mengubah keputusan Attaturk. Padahal Al Fatih berpesan agar Aya Sofia tetap menjadi masjid sampai Kiamat!
Jumat kemarin, Presiden Erdogan mengumumkan status baru Aya Sofia, kecaman dan kritikanpun datang dari Barat dan Timur.
Ketika Kristen berkuasa, Aya Sofia dijadikan gereja, ketika Muslim berkuasa Aya Sofia dijadikan masjid, ketika Attaturk berkuasa Aya Sofia dijadikan museum, ketika Erdogan berkuasa, Aya Sofia dijadikan masjid. Begitu saja kisah sederhana Aya Sofia.
Aku pernah memasuki Aya Sofia ketika masih museum, lumayan juga harga tiketnya. Untuk seorang backpackeran bokek, harga segitu cukup mahal. Ok lah, it was!
Menariknya, di dinding sebelah dalam Aya Sofia bagian atas terdapat 6 piring guede banget bertuliskan masing-masing Allah, Muhammad, Abu Bakar, Umar, Usman, Ali. Jelas diameter piring itu lebih gede dari pintu masuk Aya Sofia. Artinya, kamu nggak mungkin bisa membawa kabur piring-piring bertuliskan tinta emas itu keluar Aya Sofia. Diameter piring sekitar 6 m, sementara tinggi pintu hanya sekitar 4 m.
Kata kawan locals, kenapa piring-piring itu dibuat lebih besar dari pintu, agar suatu saat, ketika Negara lemah dan tak lagi mampu menjaga Aya Sofia sebagai masjid, piring-piring bertuliskan Allah Rasulullah dan para Khulafa Rasyidin itu tidak dikeluarkan dari dalam Aya Sofia.
Bagi muslim, kebijakan pemerintah Turki tidak perlu dijadikan polemik, toh banyak masjid-masjid umat Islam di Spanyol yang dijadikan gereja seperti Masjid di Cordova, Grenada, dan Sevilla. Bahkan banyak masjid-masjid lama yang dijadikan cafe dan bar di Israel.
Ataturk menjadikan Aya Sofia sebagai museum bukan karena suka pada museum, tapi karena benci sama masjid!
(By Saief Alemdar)
*sumber: fb penulis
Kebijakan Pemerintah Turki untuk mengamandemen UU yang memutuskan pengubahan status Aya Sofia dari museum menjadi masjid...
Dikirim oleh Saief Alemdar pada Senin, 13 Juli 2020