[PORTAL-ISLAM.ID] Presiden Jokowi baru-baru ini menyampaikan perkiraan puncak wabah virus corona terjadi pada Agustus atau September 2020.
Jokowi memang tak merinci asal penelitian yang memperkirakan puncak wabah corona tersebut.
Namun, pernyataan Jokowi dikritik oleh pakar epidemiologi Dr. Tifauzia Tyassuma, karena bulan Juli saja perkembangan kasus corona di Indonesia masih 'ngegas tipis'.
"Berdasarkan analisis yang kami lakukan, saat ini Indonesia ketika sudah sejak Maret itu baru pemanasan aja. Corona baru ngegas tipis-tipis, paling kecepatannya baru 10 km per jam," kata Tifauzia dalam Sarasehan Kebangsaan secara virtual yang digelar Pergerakan Indonesia Maju, Kamis (16/7/2020).
Tifauzia pun mempertanyakan sumber penelitian dan analisis yang menjadi acuan Jokowi menyebut perkiraan puncak wabah virus corona jatuh pada Agustus atau September ini.
"Saya mesti bertanya ke Pak Jokowi dari mana grafik puncak September? Saya enggak tahu beliau dapat masukan dari mana. Juli aja baru ngegas tipis-tipis," ucap dia.
Ia juga memberikan masukan kepada pemerintah untuk terus menggencarkan sosialisasi dan pengetahuan tentang bahaya virus corona ke 270 juta penduduk Indonesia. Karena, upaya ini akan sia-sia jika hanya pemerintah saja yang bekerja.
Bahkan, Tifauzia menilai saat ini pemerintah belum banyak melibatkan masyarakat dalam memungkinkan mengambil peran dalam menyelamatkan semua masyarakat dari COVID-19.
"Rakyat masih jadi objek, penonton, pemirsa dan mereka tak dibekali pengetahuan yang cukup, yang memungkinkan mereka mengambil peran untuk berupaya menyelamatkan seluruh umat manusia. Ini jadi titik penting yang harus dilakukan bersama," tutupnya.
Jokowi sebelumnya berbicara soal perkiraan puncak wabah virus corona. Ia menyebut puncak COVID-19 bisa terjadi sekitar Agustus atau September tahun ini.
"Kalau melihat angka-angka, memang nanti perkiraan puncaknya ada di Agustus atau September, perkiraan terakhir," ujar Jokowi saat berbincang dengan wartawan di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Senin (13/7/2020).