Wakil Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti
[PORTAL-ISLAM.ID] SURABAYA - Dinas Kesehatan Kota Surabaya dinilai ceroboh memulangkan warga karantina padahal ternyata positif corona. Akibatnya warga kampung Kedung Turi, Kelurahan Kedungdoro, Kecamatan Tegalsari Surabaya pun panik takut tertular karena sudah terlanjur berbaur.
Terlebih akibat kecerobohan itu, Wakil Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti pun jadi 'korban'.
Whisnu, saat ini harus menjalani karantina mandiri karena berstatus orang dalam pemantauan (ODP) setelah mengunjungi warga Kedung Turi yang ternyata positif covid-19.
Mulanya, Politisi PDIP yang akrab disapa WS ini mendapat kabar pemulangan 15 warga yang tengah menjalani karantina di sebuah hotel kawasan Gubeng Surabaya, Sabtu pekan lalu.
Untuk menguatkan dan menyemangati warga, WS menyambangi beberapa warga pasca karantina tersebut. Sekaligus ingin mendengar pengalaman selama menjalani karantina pada Minggu sore kemarin.
Saat itu, banyak warga karantina mengeluh dan melaporkan tidak adanya pendampingan tenaga perawat, selimut, hingga vitamin dan makanan membuat raut muka orang nomor dua di Pemkot Surabaya ini terkejut. “Saya jadi tahu ternyata kondisinya seperti itu. Karena laporan yang sampai ke kami yang bagus-bagus saja. Ini temuan di lapangan,” terangnya.
Rasa terkejut WS tidak sampai disitu. Sebab, dari 15 warga yang mulanya dinyatakan negatif corona, ternyata diralat oleh Pihak Puskesmas Kedungdoro setelah kunjungan WS. Lima diantara warga tersebut kembali dinyatakan positif.
“Iya ini saya akan melaporkan kepada Bu Wali (Risma). Kenapa Dinkes bisa kecolongan. Memulangkan warganya yang masih berstatus positif,” kata Wisnu saat dikonfirmasi via ponsel, Rabu (3/6/2020).
Wakil Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya itu menyatakan laporan temuan di lapangan menyoal fasilitas pendampingan tenaga medis, maupun data yang diralat sudah disampaikan via telpon kepada Walikota Surabaya Tri Rismaharini.
Terpisah, Ketua RT/RW 04/08 Kedung Turi, Kelurahan Kedungdoro, Kecamatan Tegalsari Surabaya, Malik, resah atas kabar diralatnya data warga tersebut.
Ia mengaku sejak pemulangan belasan warganya, pihak Dinkes Surabaya sudah menyatakan negatif Covid-19. “Tapi hasil swabtestnya tidak segera diumumkan. Warga ditelpon satu persatu di kamar dikatakan siap-siap untuk pulang. Ternyata seperti ini. Kami harus percaya kepada siapa?” ujar Malik.
Ia bersama seluruh warga kampung sudah terlanjur bahagia mendengar informasi pemulangan tersebut. “Kalau begini Saya selaku RT dibuat bingung dan sedih. Saat ini upaya menenangkan warga tengah dilakukan,” ungkap Malik.
Terpisah, perihal carut marut penanganan warga Kedung Turi Surabaya ini juga mendapat kecaman dari Politisi Partai Nasdem Surabaya, Imam Syafii.
Legislator Komisi A DPRD Surabaya ini menyatakan, kejadian ini tidak hanya membahayakan warga yang dinyatakan positif hasil swab, tapi juga bisa menulari orang lain. “Apalagi ada dua warga yang positif hasil swab pergi ke Madura karena orang tuanya meninggal,” kata Imam yang menerima laporan dari pengurus kampung di Tegalsari. “Sungguh saya sangat mengecam penanganan Covid-19 model ini,” tandas mantan wartawan tersebut.
Imam menambahkan, penanganan Covid-19 di daerah pemilihan (Dapil)-nya tersebut sejak awal memang terkesan asal-asalan. Ternyata, lanjut politisi berlatarbelakang Pengacara ini, bayangan warga ambyar. Tempat isolasi di hotel tidak seperti digembar-gemborkan Wali Kota Tri Rismaharini alias Risma bahwa warga merasa nyaman tinggal sementara di hotel. “Penanganannya juga juga tidak sesuai SOP. Ini bahkan membuat warga semakin stress,” ujar Imam.
Sumber: BeritaJatim.com