[PORTAL-ISLAM.ID] Pakar ekonomi Rizal Ramli menjawab tantangan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan. Rizal siap menggelar debat dengan Luhut terkait persoalan utang negara hingga ekonomi.
"Bang Rizal ini akhirnya bersedia menjawab tantangan Luhut Panjaitan," kata perwakilan Rizal Ramli, Adhie Massardi saat ditemui di Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (10/6/2020).
Terkait teknis pelaksanaan debat, Rizal menyerahkannya kepada jejaring aktivis Prodem. Rizal siap menyelenggarakan debat pada tanggal 24 Juni 2020.
"Nah, mengenai teknis pelaksanaannya bang Rizal sangat percaya dengan teman-teman Prodem," ucap dia.
Ketua Majelis jaringan aktivis Pro Demokrasi (Prodem) Iwan Sumule menyebutkan, Menteri Keungan Sri Mulyani bisa mendampingi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan dalam debat dengan pakar ekonomi Rizal Ramli.
Menurut Iwan, Luhut akan sulit mengimbangi ide Rizal dalam debat soal ekonomi, jika tidak didampingi Sri Mulyani. "Jadi ada perimbangan sedikit, karena kalau Luhut, saya pikir tidak akan mampu berdebat dalam konteks ekonomi dengan Bang Rizal," ujar Iwan yang mewakili kubu Rizal Ramli saat ditemui di Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (10/6).
Di sisi lain, masuknya Sri Mulyani dalam debat antara Luhut dengan Rizal ini bisa menuntaskan agenda lama.
Dalam beberapa kesempatan, Rizal pernah menantang Sri Mulyani berdebat terbuka soal keuangan negara. Namun, tantangan itu tidak kunjung diterima oleh Sri Mulyani.
"Ini bisa menjadi kesempatan juga buat Sri Mulyani, karena ada temannya. Kalau dahulu dia takut debat sama Bang Rizal sendirian, sekarang ada Luhut Binsar," ucap dia.
Iwan pun berharap, pihak Luhut dan Sri Mulyani bisa segera berdebat dengan Rizal. Pasalnya, Luhut yang pertama kali mengeluarkan tantangan menggelar debat.
Selain itu, ujar dia, debat antara Luhut-Sri Mulyani dengan Rizal itu bisa menjadi ajang pemerintah menjelaskan secara terperinci alasan mengeluarkan kebijakan ekonomi dan menerima utang.
"Persoalan tentang negara harus bisa dirasionalisasikan, harus bisa dijelaskan ke rakyat," ungkap dia.
"Sebab, utang yang dilakukan negara, itu menurut kami dilakukan secara ugal-ugalan. Bagaimana bunga utang, kesepakatan bunga utang yang kemudian disepakati Sri Mulyani sangat tinggi. Artinya tertinggi dibandingkan negara Asia tenggara. Itu kisaran delapan persen. Sementara Filipina dan thailand itu di kisaran tiga sampai empat persen," beber dia.[jpnn]