Bolak balik liat videonya, saya gak ngerti apakah omongan Presiden itu adalah bentuk kemarahan.
Jadi aneh lagi apabila rapat kerja kabinet sendiri gak pernah dipublikasikan, tapi saat ada hal dengan judul "kemarahan", langsung dipublikasikan.
Kemarin ada 2 kejadian kemarahan. Yang pertama marahnya Nikita Mirzani kepada sesorang yang diduga Baim Wong, yang kedua marahnya Jokowi pada kabinet dia sendiri.
Dua tokoh fenomenal yang mempunyai cerita sendiri ini sama-sama melakukan pola kemarahan yang sama, karena dipublikasikan ke media.
Bagi saya Pak jokowi kemarin gak marah, tapi hanya menyampaikan pidato yang sedikit dia hapal teksnya. Biasanya beliau selalu ada jeda dalam setiap penyampaian, namun kemarin bahan yang akan disampaikan mungkin sudah beliau hapal sebelumnya sehingga sedikit lancar bicara.
Bicara "marah" katanya ini, fokus Jokowi masih pada pertumbuhan ekonomi. Ada kekhawatiran pada diri beliau mengingat prediksi perekonomian Indonesia akan turun drastis, hal ini sangat menganggu dirinya. Sampai-sampai ia berani sesumbar siap mempertaruhkan reputasinya.
Saya pikir, pertaruhan apalagi yang beliau cari? Jika hasilnya sendiri sudah kita rasakan bahwa sebenarnya beliau sudah kalah bertaruh sebelum memasang reputasinya.
Marah Yang Telat
Telat karena "kemarahan" itu sebanarnya sudah terjadi 10 hari lalu. Kenapa harus sekarang dipublikasi? Apakah ini sebagai bentuk mencari identitas diri, setelah babak belur dikritisi?
Sungguh panjang proses "kemarahan" itu dipublikasi, harus melalui pertimbangan beberapa pakar untuk mendapatkan persetujuan. Bisa jadi ada pakar psikolog yang diikutkan untuk membuat analisa apakah kemarahan ini akan membuat perubahan penilaian publik pada diri presiden?
Sebagai presiden, Jokowi sudah mirip dengan artis Tik Tok dinana penampilannya sangat ditunggu.
Di Tik Tok, yang akan mendapatkan perhatian adalah kalau gak cakep bener, kalau gak hancur bener.
Kalau masih nanggung antara keduanya, gak akan mendapatkan respon dari publik.
Dan penampilan Bapak Jokowi memang akan selalu mendapatkan perhatian. Seperti video kemarahannya kemarin, langsung dapat respon pro dan kontra.
Sayang, kemarahan ini tidak menyinggung bagaimana penanganan Covid19 sebagai pandemi. Lebih menyasar pada pertumbuhan ekonomi dengan meminta penyerapan anggaran setiap kementerian.
Bahkan kementrian kesehatan sendiri, bukan masalah penanganan mereka pada corona yang dibahas. Melainkan masalah serapan anggaran yang masih minim. Sejatinya, jika serapan anggaran minim menandakan ada program yang tidak berjalan. Jika dimasukkan kondisi corona saat ini, menandakan kementerian kesehatan tidak bertindak banyak dalam mengatasinya. Terbukti serapan anggaran mereka malah tidak mencerminkan adanya pergerakan.
Bagaimana kementrian lain bergerak jika kementerian yang seharusnya paling sibuk saja bisa seperti itu?
Jika hanya 2-3 kementerian yang alpa dalam serapan anggaran, menandakan menterinya yang perlu ditatar. Namun jika hampir setengah kementrian melakukan hal itu, ini menandakan tidak adanya leadership dari sosok Jokowi sebagai presiden.
BUKANKAH SELALU ADAKAN RAPAT KABINET SECARA KONTINYU? KENAPA BISA KECOLONGAN?
Apakah Corona lagi yang akan disalahkan? 🙄
Logikanya rapat kabinet selalu membahas apa yang terjadi, apa yang akan dilakukan, dan apa rencana ke depan sesuai anggaran yang ada.
Jika baru sekali ini kemarahan terjadi pada Jokowi, tandanya kemarahan ini telat untuk dilakukan. Terlebih dipublikasikan.
Marahnya Bapak Presiden seperti gak berpengaruh lagi, karena sudah terlambat untuk dilakukan.
Pemerintah dan para pejabatnya memang hanya fokus pada perekonomian dan mencoba mengaburkan kasus pandemi corona.
Padahal, antara ekonomi dan corona hubungannya saling kait mengait. Ingin membuat ekonomi kembali baik, perbaiki dulu masalah corona dan penyebarannya.
Sehebat apapun stimulus yang dibagikan, andai pergerakan corona makin naik, semuanya akan sia-sia.
(Iwan Balaoe)