DULU di Jakarta disetiap hari besar nasional maupun ulang tahun Jakarta atau acara-acara besar lainnya seringkali dilakukan pawai (Parade) dengan segala macam hiasan dari berbagai daerah atau institusi.
Dalam pawai itu biasanya ada drumband yang seringkali diisi oleh sekolah katolik. Seperti Santa Ursula, Tarakanita, dll. Umumnya mereka drumband terbaik di masa itu, berbeda dengan di Surabaya dimana drumband sekolah Alirsyad menjadi kebanggaan kota itu.
Dimasa SMP sekolah saya berdekatan dengan Santa Ursula (SMP 2 Boedoet), saya menikmati saat mereka latihan drumband. Rata-ratanya keren. Ketika sekolah-sekolah katolik itu berada dalam parade ketika mereka melewati kami semua yang berada dipinggir jalan, kita semua memberi applause, dengan tepukan tangan meriah menikmati atraksi mereka yang memukau.
Kita di Jakarta siapapun yang tampil kita nikmati saja sebagai bagian dari warga kota ini. Ga ada tuh yang berfikir itu sekolah kristen, kita sorakin aja atau melakukan hal-hal yang bersifat negatif lainnya. Bahkan kita semua (Warga Jakarta) bangga dengan kehadiran mereka di acara-acara semacam itu karena penampilannnya yang memang keren.
Pertanyaan saya sederhana saja, itu para liberal udik otak dikit, ketika situasi semacam itu dalam berbagai acara di Jakarta ini. Di kampungnya lagi ngapain? Ngangon kebo?
Belagu banget ngajarin kita pluralisme, ngajarin kita anak Jakarta toleransi, sambil majang foto Aku Pancasila, Aku NKRI dll yang menegasikan dengan orang lain. Seolah merekalah paling menghargai kebhinekaan, paling pancasilais dsbnya.
Buat gue sederhana aja, mereka itu: NORAKK.
#SMALuhDimanaDuikk
(By Geisz Chalifah)