KONSPIRASI CORONA
Oleh: Armansyah, Palembang Darussalam
Tulisan ini merupakan tulisan lanjutan dari dua tulisan saya sebelumnya dengan judul sama. Bagi anda yang terlewatkan membacanya, silahkan mengakses timeline facebook saya pada posting-posting terdahulu, dengan demikian bilapun kedepan ada tanggapan atau komentar terkait tulisan bagian ke-3 ini, tidak bias atau malah berujung pada fitnah dan terjebak pada lingkaran setan argumentatif.
Dalam kedua tulisan itu secara singkatnya saya menyatakan bahwa fakta keberadaan atau eksistensi dari virus bernama 2019-nCoV atau SARS-CoV-2 ini adalah nyata dan tak perlu diingkari.
Begitupula potensi bahayanya terhadap orang-orang yang memiliki penyakit degeneratif dan rentang usia tertentu. Sebagaimana data ini saya sadur secara bebas dari pemberitaan-pemberitaan WHO dan juga liputan CNN yang pun detailnya kerap saya shared di timeline facebook ini.
Saya termasuk orang yang tidak sepakat bila para nakes seluruhnya disebut ikut terlibat dalam konspirasi atas covid-19 ini. Mengingat banyak pula para nakes di lapangan yang bertumbangan menjadi korban keganasan virus tersebut.
Terlalu murah harga nyawa untuk dibayar dengan sejumlah uang. Lagipula, jika nyawa sudah hilang maka uang yang diperoleh pun tak mungkin dinikmati lagi. Beda mungkin kasusnya dengan Harun Masiku tersangka suap KPU, atau kasus Heru Hidayat tersangka kasus pencucian uang korupsi Jiwasraya melalui judi casino di Singapura, Macau dan Selandia Baru. Atau kasus lawas Sjamsul Nursalim tersangka kasus dugaan korupsi Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).
Konspirasi dalam tulisan-tulisan saya tidak berkaitan dengan teori konspirasi umum yang beredar dan menuding para nakes atau rumah sakit berada dibalik propaganda 2019-nCoV.
Bahwa saya mencurigai adanya modus bisnis perdagangan vaksin oleh kelompok-kelompok kapitalis tertentu diluar sana melalui pengembangan bakteri dan virus yang kemudian entah bagaimana caranya disebarkan secara luas dari kutub utara hingga kutub selatan planet bumi ini adalah tidak saya pungkiri. Dan hal ini jelas tidak tertuju pada para nakes yang berjuang di rumah sakit menolong orang-orang yang terpapar bahkan sampai diantara mereka sendiri ikut meninggal sebagai korban.
Begitupula adanya kecurigaan saya terhadap upaya depopulasi manusia untuk kepentingan-kepentingan tertentu dengan beragam alasan resminya. Toh bagaimanapun kita di Indonesia sendiri sempat menjalankan program Keluarga Berencana atau KB sebagai bentuk lain depopulasi penduduk. And this is one of the facts.
Satu hal lainnya yang jadi dasar pertimbangan saya adalah adanya upaya pemiskinan negara-negara berkembang dan juga negara maju agar terjebak pada hutang besar untuk recovery perekonomian mereka sebagai imbas penyebaran 2019-nCoV yang memelorotkan kehidupan masyarat dunia secara umum.
Banyak negara pada akhirnya membuat aturan secara otoriter yang menyengsarakan rakyatnya sendiri seperti menaikkan tarif daya listrik, pajak dan lain-lainnya sehingga rakyat tak lagi bisa berpikir kritis dan sejahtera. Mereka menjadi seperti budak yang setiap waktu dipaksa berpikir cara mempertahankan kelangsungan hidup dirinya dan keluarga mereka.
Sisi idealisme, nasionalisme, spiritualisme perlahan tapi pasti mulai luntur bahkan hilang.
PHK terjadi dimana-mana, angka pengangguran tinggi, kejahatan merebak dalam banyak bentuk dan modusnya. Perusahaan-perusahaan besarpun ambruk tak mampu bertahan karena pasar ikut sepi, orang dipaksa untuk diam dirumah saja beraktivitas dari sana sehingga penjualan mobil, motor, baju, sepatu dan lain-lain merosot tajam.
Bahkan saya pernah berdialog dengan salah seorang pasien bekam saya, beliau seorang pengusaha travel wisata sekaligus pedagang makanan mengeluhkan bila selama pandemi ini berlangsung bisnisnya betul-betul minus pemasukan. Dan untuk usaha kulinernya jangan ditanya, terpaksa tutup dulu sementara waktu karena sebagian besar pelanggannya merupakan mahasiswa yang biasanya dalam waktu normal mereka ramai nongkrong wifi-an sembari makan ditempatnya.
Lah pandemi ini membuat mahasiswa pulang kampung semua. Tak ada yang stay at home di kontrakan atau rumah kostnya.
Usaha therapi bekam sunnah yang kami pribadi jalankan pun sama ikut terdampak diawal-awalnya. Orang takut terpapar dan menjadi berstatus ODP serta PDP. Apalagi ditambah adanya istilah baru, OTG. Orang tanpa gejala.
Alhamdulillah memang tidak semuanya, sebab masih banyak juga kawan-kawan yang sadar dan percaya bila therapi thibbun nabawi khususnya hijamah ini menjadi salah satu solusi dari Allah terhadap pandemi sekarang ini. Apalagi secara histori, hijamah bukan pengobatan invasif yang baru dalam catatan peradaban manusia.
Jauh sebelum datangnya Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad dan diturunkannya perintah berbekam pada malam Israk Mikraj, hijamah sudah dipraktekkan oleh penduduk Mesir Kuno, Yunani dan China.
Oke, kembali kita pada topik utama.
Melalui pandemi 2019-CoV dengan semua akibatnya di sektor ekonomi sebuah bangsa akan berimbas pada kedaulatan negara-negara itu sendiri yang sadar maupun tak sadar bisa di obok-obok oleh kepentingan pihak asing.
Siapa? Ya jawabnya bisa siapa saja pihak-pihak yang bermain dibalik tersebarnya virus tersebut tanpa harus merujuk nama satu persatunya.
Tetapi jelas, munculnya wacana Tatanan Kehidupan Yang Baru menimbulkan banyak kecurigaan bagi kita semua khususnya kaum Muslimin.
Sebab fakta teoritis tak terbantahkan bila nash-nash keagamaan kita secara tegas dan jelas menyebutkan perihal kedatangan satu jaman dimana muncul yang namanya Dajjal.
Terlepas dari beragam penafsiran yang beda diantara umat ini terhadap sosok Dajjal itu sendiri, namun jelas bila sifat-sifat Dajjal tersebut simbol dari bentuk arogansi.
Dajjal dilambangkan hanya memiliki satu mata terbuka sedang mata lainnya tertutup. Jelas Dajjal bukan semacam monster Gan-Q yang menjadi musuh besar Ultraman Gia yang fisiknya memang hanya punya satu mata tetapi Dajjal diceritakan punya dua mata namun satu matanya lagi buta, tertutup.
Nabi menggambarkan Dajjal itu berkebalikan dengan Allah. Dimana Allah tidak buta mata-Nya. Dan ini buat saya sebuah permisalan yang tegas terhadap suatu sistem.
Allah itu Maha Adil. Dia tidak pilih kasih terhadap semua makhluk. Beda dengan sifat Dajjal yang melihat sesuatu dengan kacamata kuda.
Orang dipaksa untuk tunduk dibawah kehendaknya, berada dalam satu koordinasi yang sama dibawah tatanan dunia baru alias New World Order.
Siapa saja yang menolak atau membangkang akan mati, akan tertindas dan terhina. Sebaliknya mereka-mereka yang setuju dengannya, mereka yang "mengamini tawaran syurganya" akan mendapatkan perlindungan dan pengayoman.
Padahal sesungguhnya menurut Nabi, syurganya dajjal itulah kebatilan yang menjerumuskan kedalam jurang api kesesatan dan sebaliknya api yang diancamkan pada manusia, semua ketakutan yang disebar dan menjadi momok dalam kehidupan justru sesungguhnya ibarat air menyejukkan. Itulah yang benar.
Sampai disini, mudah-mudahan anda paham apa yang saya bicarakan.
Sekarang lihatlah, hadist-hadist yang bercerita terkait Dajjal ini disampaikam oleh Rasulullah lebih dari 1400 tahun lalu.
Dan bisakah anda mengenal kelompok mana yang hari ini begitu sibuknya mempropagandakan sistem mata satu tersebut?
Kaji kembali bab akhir zaman terkait konflik terbuka antara Yahudi dengan kaum Muslimin.
Searching lagi fakta sejarah kelompok mana yang selama ini begitu kejam dan gigihnya menzholimi umat Islam sampai merampok, menjarah harta mereka, memperkosa wanita Muslimahnya, menembaki anak-anak kecilnya dan menjajah negerinya yang merdeka, Palestina.
Pelajari lagi pula dari kelompok mana yang sekarang ada dibalik suksesnya media sosial, menguasai banyak stasiun televisi dunia melalui jaringannya. Pihak mana yang mendominasi kebijakan PBB selama ini sehingga setiap serangan sepihak kepada Iraq, Libya, Afghanisthan, Gaza tetap aman-aman saja. Dan bila sudah bicara PBB maka kita tentu tak bisa lepas dari bicara tentang organisasi yang ada dibawahnya. Satu diantaranya WHO. Cari tahu siapa pendukung dan supporting dananya.
Lihat, bagaimana sekarang setiap promosi thibbun nabawi mulai diblokir postingannya di media sosial. Ada pihak yang ketakutan bila jualan vaksinnya nanti tak laku gara-gara banyak orang mengamalkan sunnah hijamah dan rimpangan.
Dan siapa menurut al-Quran yang merupakan kelompok paling keras permusuhannya pada kaum Muslimin.
Silahkan lakukan sendiri kajiannya. Diskusikan sendiri lalu simpulkan sendiri.
Wallahua’lam.
Takut boleh, itu bagian dari fitrah manusia. Tapi takut secara berlebihan hingga mengalahkan idealisme keagamaan, nasionalisme berbangsa dan tanggung jawab pada keluarga adalah suatu kesalahan.
Corona jangan sampai membuat kita melalaikan fungsi dan peran kita dalam hidup ini. Jangan sampai membuat kita hilang akal dan tak bertanggung jawab atas nafkah keluarga serta asupan spiritual mereka.[]