Kalau jadi Jaksa dan kaya itu wajar. Tapi bukan berarti semua Jaksa itu jelek. Masih banyak yang bagus dan punya integritas baik.
Ini aku cerita pengalamanku saja ya? Saat aku menjalani sidang. Sebelum sidang kita saling ngobrol sama sesama calon napi. Salah satunya membicarakan "NYIRAM". Nyiram itu bahasanya calon napi dan jaksa yang akan menangani kasusnya. Deal-dealan pun terus terang. Ga ada rahasia-rahasiaan. Hampir semua calon napi bagi yang punya uang berapapun berusaha nyiram jaksa. Bagi jaksa yang tergoda, pasti akan deal-dealan. Tapi juga bagi jaksa yang ga tergoda, dia akan menghindari ngobrol dengan calon napi yang akan ditanganinya.
Oh ya, hasil "Nyiram" itu bukan untuk membebaskan tersangka, tapi gunanya untuk mengurangi hukuman atau meringankan tuntutan. Dan pasti berhasil. Besar kecilnya "Nyiram" ya tergantung case kejahatannya.
Nach, kalau saya dulu memang ga Nyiram. Karena memang saya merasa tidak bersalah. Semua saya percayakan pada Lawyer. Saat itu saya dituntut 2,6 tahun subsider 3 bulan atau denda 50 juta. Akhirnya Hakim menjatuhkan vonis 1,6 tahun subsider 3 bulan. Dan saat Lawyer saya menanyakan, "Mas Ibhas mau banding?"
Saya jawab, "Saya tidak akan banding. Bukan berarti saya meragukan kredibilitas Lawyer, tapi saya merasa, yang kita hadapi ini bukan Hukum, tapi sistem".
Note: Gambar dibawah ini "Tak Sengaja" hanya pemanis saja. Krn saya lihat, wajah Pak Jaksa ini lagi Booming. :)
(By Ibhas Kiswotomo)
Kalau jadi Jaksa dan kaya itu wajar. Tapi bukan berarti semua Jaksa itu jelek. Masih bnyk yang bagus dan punya...
Dikirim oleh Ibhas Kiswotomo pada Minggu, 14 Juni 2020