Dicap Radikal Oleh Alumni ITB, Din Syamsuddin: Saya Hanya Ketawa


[PORTAL-ISLAM.ID] Din Syamsuddin mengaku tak ambil pusing dengan sejumlah tuduhan dari alumni almamaternya yang mengatasnamakan diri sebagai kelompok Gerakan Anti Radikalisme - Alumni Institut Teknologi Bandung.

Kelompok ini mendesak Din dicopot dari Majelis Wali Amanat ITB karena sejumlah pernyataan, sikap, serta sepak terjang Din Syamsuddin selama satu tahun terakhir.

Salah satunya, Din dianggap memiliki tendensi untuk mudah melontarkan pernyataan agitatif kepada masyarakat yang berpotensi menimbulkan konflik; cenderung berkarakter radikal; dan ditengarai memiliki antipati tertentu terhadap figur Presiden Jokowi.

"Saya hanya bisa tertawa, karena cara yang ditempuh oleh kelompok yang menuduh saya radikal adalah cara radikal itu sendiri. Jadi ibarat seseorang yang menelunjukan jari, satu ke depan tapi tiga jari mengarah kepada diri mereka sendiri, hehehe," ujar Din saat dihubungi Tempo, Sabtu, 27 Juni 2020.

Ketua Dewan Pertimbangan MUI itu menyebut, dia tidak akan gentar dengan berbagai desakan. "Tidak betul saya tunduk pada desakan apalagi yang tidak memiliki hak dan kewenangan. Kesimpulan itu manipulatif. Itu saja. Maaf ya, saya sedang pimpin rapat," ujar Din saat dihubungi terpisah.

Menurut Din, lebih banyak alumni ITB yang mendukungnya untuk mempertahankan sikap berlaku kritis terhadap pemerintah. "Tapi saya sudah larang kelompok pendukung yang jauh lebih banyak untuk tidak usah menanggapi kecuali secara akademik," ujar tokoh Muhammadiyah ini.

Mengundurkan Diri

Ketua Majelis Wali Amanat Institut Teknologi Bandung (ITB) Yani Panigoro mengatakan Din Syamsuddin sudah mengundurkan diri sebagai anggota majelis.

"Iya, sudah confirm mengundurkan diri," ujar Yani lewat pesan singkat, Sabtu, 27 Juni 2020, seperti dilansir Tempo.

Yani enggan menjelaskan detail ihwal kapan dan bagaimana isi surat pengunduran diri tokoh Muhammadiyah itu. "Kita cerita 100 tahun ITB saja ya, nanti 3 Juli 2020," ujarnya singkat.

Saat dikonfirmasi, Din tidak membenarkan ataupun membantah. Dia hanya menyebut, apapun langkah yang diambil bukan karena desakan sejumlah orang.

"Tidak betul saya tunduk pada desakan apalagi yang tidak memiliki hak dan kewenangan. Kesimpulan itu manipulatif. Itu saja. Maaf ya, saya sedang pimpin rapat," ujar Din saat dihubungi terpisah.

Sebelumnya alumni yang mengatasnamakan diri sebagai Gerakan Anti Radikalisme - Alumni Institut Teknologi Bandung, meminta agar Din Syamsuddin dicopot dari Majelis Wali Amanat ITB. Permintaan ini tertuang dalam surat yang ditujukan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta Ketua Wali Amanat ITB.

"Para alumni menganggap Pak Din Syamsuddin melanggar statuta ITB," kata salah satu alumni, Achmad Sjarmidi ketika dikonfirmasi, Jumat, 26 Juni 2020.

Statuta ITB dirumuskan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 65 Tahun 2013 tentang Statuta ITB dan Peraturan MWA tentang Penetapan Tri Dharma dan Otonomi Pengelolaan ITB PTNBH.

Achmad mengatakan Peraturan tersebut di antaranya menegaskan bahwa hubungan eksternal dengan pihak pemerintah, alumni, tokoh masyarakat, dan komunitas harus dikelola dengan baik dan berkesinambungan.

Menurut Achmad, permintaan pencopotan ini dilayangkan setelah mencermati pernyataan-pernyataan, sikap, serta sepak terjang Din Syamsuddin selama satu tahun terakhir. Ada sejumlah pernyataan kritikan Din, baik kepada pemerintah maupun lembaga negara lain yang disorot oleh para alumni.

(Sumber: Tempo)

___
*NB: Di akun twitternya, Din Syamsuddin menegaskan sikap teguhnya.

"Perjuangan meluruskan kiblat bangsa tidak ada titik kembali. Sekali layar terkembang pantang mundur ke belakang," tulis Din melalui akun twitter pribadinya, Jumat (26/6/2020).
Baca juga :