[PORTAL-ISLAM.ID] Wabah virus corona (Covid-19) memanaskan hubungan negara penguasa senjata nuklir di dunia. Amerika Serikat mengancam meledakan nuklir bila Covid-19 menyeret dunia ke ajang konflik. Rusia membalasnya dengan menyatakan akan menyerang AS dengan nuklir. China yang dituduh AS sebagai asal wabah tentu tidak akan tinggal diam.
Rusia melontarkan respon keras atas pernyataan kontroversial yang dinyatakan oleh Panglima Komando Serangan Global Angkatan Udara Amerika Serikat (USAFGSC), Jenderal Timothy Ray. Rusia yang juga memilki rudal balistik nuklir, balas mengancam bakal meledakkan AS dengan senjata nuklirnya.
Pernyataan keras itu disampaikan langsung oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova menanggapi langkah Pentagon dan USAFGSC yang telah melengkapi kapal selam Angkatan Laut AS dengan rudal balistik hulu ledak nuklir berkuatan rendah atau yang dikenal dengan W76-2.
Maria menegaskan, setiap serangan menggunakan rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam AS, terlepas spesifikasi rudal itu memiliki hulu ledak rendah atau tidak, itu merupakan tindakan berbahaya dan tindakan destabilisasi. Rusia akan melihat itu sebagai serangan nuklir dan akan memberikan balasan yang setimpal atas serangan tersebut.
"Mereka yang ingin berbicara tentang kemampuan nuklir Amerika harus menyadari bahwa di bawah doktrin militer Rusia, langkah-langkah seperti itu akan dianggap sebagai alasan untuk menanggapi dengan senjata nuklir oleh Rusia," kata Maria Zakharova dikutip dari Al-Masdar News, Jumat (1/5/2020), seperti dilansir beritakini.co.
Jenderal AS Timothy Ray sebelumnya melontarkan pernyataan yang memicu ketegangan bahwa AS akan menggunakan senjata nuklirnya jika Covid-19 berakhir dengan konflik. Tak cuma Ray, beberapa waktu lalu Pentagon menyatakan akan membekali beberapa kapal selam (SLBM) Angkatan Laut AS dengan rudal balistik hulu ledak nuklir berkekuatan rendah untuk memperkuat pertahanan Angkatan Laut AS.
Bahkan, di dalam situs resmi Departemen Luar Negeri AS telah disebutkan, Amerika Serikat telah mengembangkan hulu ledak nuklir berkekuatan rendah W76-2 dan memasok beberapa rudal balistik
Pernyataan tak lazim di tengah wabah virus corona itu dilontarkan M Ray baru-baru ini seperti dikutip VIVA Militer, dari Almasdar. "Yakinlah, kami telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan pasukan pembom dan ICBM kami siap untuk pergi dan dapat mencapai target apa pun di planet ini kapan saja. Kami sepenuhnya siap dengan misi dan COVID-19 tidak akan mengubahnya. Pasukan kami terus mempertahankan tingkat kesiapan dan respons yang sangat tinggi," kata Tim yang dilansir viva.co.id.
Pernyataan Tim ini keluar setelah banyak desas desus yang menyebutkan sebagian besar armada perang Amerika Serikat dalam kondisi lumpuh akibat banyak personel yang terinfeksi corona.
Hubungan AS-China sepertinya bakal makin panas ke depan. Presiden AS Donald Trump mengklaim dirinya memiliki bukti yang menghubungkan COVID-19 dengan sebuah laboratorium di kota Wuhan, China. Wuhan sendiri adalah kota di mana corona jenis baru ini muncul di Desember 2019. Covid-19 disebut berasal dari sebuah pasar ikan dan hewan langka di ibu kota Provinsi Hubei itu.
Dalam konferensi pers yang dilakukan Kamis (30/4/2020), Trump mengatakan jika ia melihat sesuatu yang membuatnya sangat percaya bahwa Institut Virologi Wuhan adalah asal wabah. "Ya, ya saya lihat," katanya seperti dikutip dari AFP.
China berulang kali membantah tudingan virus dari laboratorium Wuhan. Negeri Xi Jinping meminta global untuk fokus pada penanganan virus secara bersama-sama.
China Siap Perang Vs Amerika Jika Corona Berujung Konfrontasi Senjata
China telah mempersiapkan diri untuk menghadapi jika terjadi konfrontasi senjata melawan Amerika Serikat sebagai akhir dari kisah pandemi Virus Corona atau COVID-19.
Hal itu terungkap dalam laporan yang ditulis secara eksklusif oleh Reuters seperti dialih bahasa VIVA Militer Selasa 5 Mei 2020.
Reuters menulis, sebuah laporan internal China memperingatkan bahwa Beijing menghadapi gelombang permusuhan yang meningkat setelah wabah virus corona yang dapat menyebabkan hubungan dengan Amerika Serikat menjadi konfrontasi, orang-orang yang akrab dengan surat kabar itu mengatakan kepada Reuters.
Laporan tersebut, yang disajikan awal bulan lalu oleh Kementerian Keamanan Negara kepada para pemimpin Beijing termasuk Presiden Xi Jinping, menyimpulkan bahwa sentimen global anti-China berada pada titik tertinggi sejak penumpasan Lapangan Tiananmen 1989, kata sumber tersebut.
Akibatnya, Beijing menghadapi gelombang sentimen anti-China yang dipimpin oleh Amerika Serikat setelah pandemi dan perlu dipersiapkan dalam skenario terburuk untuk konfrontasi bersenjata antara kedua kekuatan global, menurut orang yang akrab dengan konten laporan, yang menolak untuk diidentifikasi karena sensitivitas masalah ini.
Laporan tersebut disusun oleh Institut Hubungan Internasional Kontemporer China (CICIR), sebuah lembaga think tank yang berafiliasi dengan Kementerian Keamanan Negara, badan intelijen top China.
Penyajian laporan itu menunjukkan betapa seriusnya Beijing menghadapi ancaman serangan balik bangunan yang dapat mengancam apa yang dilihat China sebagai investasi strategisnya di luar negeri dan pandangannya terhadap keamanannya.[]