[PORTAL-ISLAM.ID] Direktur Eksekutif Voxpol Center Reseacrh and Consulting Pangi Syarwi Chaniago menganggap, mundurnya putra Amien Rais, Hanafi Rais dari kepengurusan Partai Amanat Nasional (PAN) sekaligus anggota DPR menjadi momentum ujian bagi partai itu apakah terpecah dalam sejarah.
Menurut Pangi, mundurnya Hanafi Rais dari PAN tentu bukan keputusan yang ringan dan diyakini sudah melalui perenungan dan istikharah panjang. Tak semua politikus mundur dari jabatan ketua fraksi, anggota DPR dan pengurus partai. Yang jelas ini sinyal dari gagalnya rekonsiliasi pasca-Kongres PAN kemarin.
"Saya mencermati dan menduga, ini juga tidak bisa lepas dari pengaruh Pak Amien Rais, semakin memperkuat keyakinan beliau untuk mendirikan partai baru bersama Hanafi Rais," tutur Pangi saat dihubungi SINDOnews, Selasa (5/5/2020).
"Jadi barangkali ini bagian dari ikhtiar Hanafi Rais, tidak mungkin mempertahankan diri di PAN. Dalam politik memang tidak bisa dipaksakan, ini kan soal hati, soal chemistry politik, sehingga sekelas Hanafi Rais mengambil keputusan yang saya pikir berani dan nekat," ujarnya.
Lebih lanjut Pangi mengatakan, apa yang dilakukan Hanafi untuk menjaga fatsun dan etika politik. Karena tidak mungkin bertahan dengan semua jabatan dan posisi di partai, sementara konflik antara Zulkifli Hasan dan Amien Rais masih bergejolak. "Beliau tentu tidak nyaman, sehingga mundur dari semua jabatan, keanggotaan dianggap keputusan yang tepat," ujarnya.
Di sisi lain, lanjut Pangi, dalam politik setiap keputusan tentu saja berisiko, namun Hanafi berani mengambil jalan tersebut. Ini juga disinyalir karena Hanafi melihat ada momentum yang lebih besar yang bakal dipersiapkan Hanafi Rais dan Amien Rais untuk persiapan partai baru.
"Karena pertaruhan Hanafi Rais dari konflik pasca-kongres tidak main-main yang beliau korbankan, mundur dari keanggotaan dan kader PAN, ini kan keputusan yang tidak main-main, ada agenda besar saya pikir yang sedang mereka siapkan," ungkapnya.
Selain itu, Pangi menyatakan, dalam politik, selalu bicara kekuasaan, dapat apa, bagaimana, siapa, dapat apa? Ini hal yang lumrah dalam politik. Sehingga, mundurnya Hanafi ini semua tidak bisa lepas dari gagalnya rekonsiliasi dan gagalnya kepengurusan sekarang membangun islah dengan pendiri PAN Amien Rais.
Dengan begitu, ungkap dia, perpecahan di internal PAN tak bisa disembunyikan, tetap menyeruak bau konflik tersebut. Sehingga, PAN sekarang berada di tepi jurang, jika tidak segera diselesaikan dan dibendung antara faksi Amien Rais dengan faksi Zulkifli Hasan.
"Kunci penyelamatan PAN agar tidak terbelah hanya ada pada dua tokoh sentral di atas. Padahal anak Pak Amien Rais sudah diberikan dan ditempatkan pada yang strategis di PAN pasca-kongres, namun mengapa Hanafi mundur? Ada apa? Saya berkeyakinan ini tidak bisa lepas dari agenda Pak Amien Rais," pungkasnya. [Sindonews]