[PORTAL-ISLAM.ID] Joko Edy. Nama lengkapnya Djoko Edhi Abdurrahman. Beliau Wasekjen DPP Kongres Advokat Indonesia (KSI), seorang Advokat, mantan Komisi Hukum DPR, Wasek LP Bantuan Hukum PBNU.
Di status fbnya, Joko Edy menuding adanya manipulasi data korban covid-19. Joko Edy menyebut data "mati dengan masalah teknik" yang tidak dicatat, sehingga berdampak data kematian covid-19 tidak akurat.
Berikut isi postingan Joko Edy (7/4/2020):
"Masalah bukan tak mampu bikin data yg akurat. Tapi utk manipulasi murahan. Data Copid kini: 1. Terinfeksi, 2. Mati, 3. Sembuh. Yg dimodifikasi adalah jumlah Mati. Yaitu, total orang mati dikurangi mati dgn masalah teknik yg tidak direcord.
Kacaunya jumlah mati dgn masalah teknik, dua kali lebih besar daripada mati. Dan akhirnya, angka ini yg mencerminkan fatality rates. Makin rendah, kian hebat hasil kerja Depkes RI. Kian kinclong si MUKIDI bin Ngaciro. Kian bergaya Jokowi, dari tadinya pecundang jadi pahlawan. Padahal hasil manipulasi. Lebih separuh pula. Akibat lainnya, tak diketahui jumlah kematian oleh covid di Indonesia. Ayo berapa? Tak diketahui! Prof Achmad Yuri itu koppeg luar biasa. Tak ubahnya robot. Saya sudah kemukakan hipotesisnya, begitu orang mendekat ke Jokowi jadi dungu.
Mati dengan masalah teknik, mestinya harus dimasukkan ke data mati. Lalu dibubuhi tanda: mati bermasalah teknik. Bukan dibuang! Kalau dibuang, maka total angka mati tak diketahui. Implikasi hukum berikutnya, Yuri (Jubir -red) bisa dijadikan tersangka pembuat hoax Copid-19. Atau tuntut saja perbuatan melawan hukum ke Pengadilan. Biar kapok."
Sumber: fb Jokoedy