Tantangan Bagi yang Meragukan Kebenaran Al-Quran
1974. Tahun di mana Dr. Maurice Bucaille, seorang ahli bedah Perancis mendapat undangan dari Anwar Sadat, Presiden Mesir ketika itu. Adapun maksud dari undangan tersebut adalah untuk melakukan penelitian terhadap mumi Firaun yang ada di museum Kairo.
Pada tahun 1976, tepatnya dua tahun kemudian, Bucaille menulis sebuah buku yang berjudul La Bibel, le Coran et la Science yang sudah diterjemahkan oleh Prof. Rasyidi (Bibel, Qur'an dan Sains Modern) dan terbit pertama tahun 1979. Buku ini membahas tentang keserasian antara doktrin kitab suci dengan sains modern. Adapun objek dari tulisan ini adalah Bibel dan al-Quran.
Pada buku ini, Bucaille menerangkan bahwa Al Qur'an sangat konsisten dengan ilmu pengetahuan dan sains, namun bahwa Alkitab atau Bibel tidaklah demikian. Bucaille dalam bukunya mengkritik Bibel yang ia anggap tidak konsisten dan penurunannya bisa diragukan.
Banyak contoh yang ia tulis, seperti fakta tentang banjir Nabi Nuh, embriologi, astronomi, hingga zoologi. Dan dengan yakin ia menyatakan bahwa al-Quran sesuai dengan fakta-fakta sains modern tanpa ada keraguan.
Kembali pada penelitian Bucaille tentang mumi Firaun. Pada tahun 1976 Bucaille mengidentifikasi bahwa mumi yang ditelitinya adalah Merneptah anak dari Ramses II, dan dalam proyek penelitian tersebut Bucaille menemukan bahwa mumi ini adalah mumi yang pernah diselamatkan dari laut dan diawetkan. (www.gatra.com)
Penelitian Bucaille mendapati sisa-sisa air garam dalam lambung mumi Firaun ini, dan hal tersebut menguatkan keyakinannya bahwa mumi ini mati karena tenggelam di lautan. Hasil penelitian tersebut dipublikasikan dengan judul Les momies des Pharaons et la medecine (Mumi Firaun: sebuah Penelitian Medis Modern.)
Bucaille menjelaskan kondisi ini sesuai dengan ayat Al Qur'an:
"Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu (Firaun) supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu" [QS 10:92]
Berkat penelitiannya ini, Bucaille mendapatkan pengharagaan Le Prix Diane-Potier-Boes, sebuah penghargaan dalam bidang sejarah dari Academie Francaise dan penghargaan Prix General dari Accademie Nationale de Medicine Prancis. (www.wikipedia.com; Bible, Quran dan Sains Modern, Maurice Bucaille, 282-284)
Al-Quran telah menjelaskan peristiwa tersebut sejak 14 abad yang lalu. Sebuah deskripsi kematian seorang tiran yang ditenggelamkan di laut merah karena kesombongan dan kedurjanaannya, hingga berani menyatakan diri sebagai tuhan yang layak disembah. Untuk kemudian jasadnya Allah pelihara sebagai bahan pelajaran bagi manusia setelahnya. Allah berfirman:
“Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir’aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir’aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: “Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” (QS. Yunus: 90-92)
Setelah mengetahui bahwa al-Quran telah bicara tentang tenggelamnya Firaun dan jasadnya yang dipelihara oleh Allah, Maurice Bucaille percaya bahwa al-Quran adalah wahyu dari Tuhan yang benar tanpa kedustaan.
Dr. Maurice Bucaille (lahir di Pont-l'Eveque, 19 Juli 1920 – meninggal 17 Februari 1998 pada umur 77 tahun) adalah seorang ahli bedah berkebangsaan Prancis. Ia terutama menjadi terkenal karena menulis buku tentang Bibel, Qur'an dan Sains Modern.
Salah satu kontroversi yang masih menyelimuti keberadaannya adalah tentang statusnya saat dia meninggal, apakah dia sudah menjadi seorang Muslim, atau tetap pada kepercayaannya yang lama.
Sumber: dakwah.id, wikipedia, dll
___
*Baca juga:
Ekspedisi Sungai Nil: Merneptah, Firaun yang Tenggelam di Laut Merah