Mengutip berita, Kapolda Metro Jaya Irjen Nana Sudjana mengatakan kelompok Anarko tengah menyusun rencana aksi penjarahan pada 18 April 2020 di Kalimantan dan Jawa. Aksi tersebut bertujuan untuk menimbulkan keresahan dan keonaran di tengah pandemi virus corona atau covid-19.
"18 April 2020 mereka mengajak melakukan pembakaran dan penjarahan. Ini sudah mereka rencanakan dan sangat membahayakan, mau membuat suasana tidak kondusif. Kami syukuri, kelompok ini bisa cepat ditangkap. Jadi rencana mereka terungkap dan bisa dicegah," Sabtu (11/4).
Rencana tersebut terendus polisi dari hasil pemeriksaan handphone salah satu anggota Anarko yang ditangkap usai melakukan aksi vandalisme di Tangerang, Kamis (9/4).
Jempol untuk Polisi. Berhasil mengendus rencana jahat kelompok Anarko. Dengan terungkapnya rencana kelompok Anarko isu penjarahan dan chaos bukan isapan jempol.
Kelompok Anarko seolah membenarkan isu akan adanya penjarahan dan kerusuhan di tengah wabah covid-19 seperti diduga banyak pihak.
Kelompok Anarko bermain sendiri atau ada yang menggerakkan perlu diungkap secara tuntas oleh Polisi.
Bisa juga ada kelompok lain yang bermain. Merancang penjarahan dan kerusuhan. Tujuannya jelas, chaos.
Berkaca pada peristiwa 1998 yang ditengarai ada kelompok tertentu yang bermain. Melakukan penjarahan, pembakaran dan pemerkosaan. Sayangnya, kasus ini tidak terungkap siapa dalangnya.
Tidak menutup kemungkinan juga terjadi sekarang. Memanfaatkan situasi terkini. Ada kelompok yang bermain. Apalagi ribuan napi baru saja dibebaskan.
Prediksi saya ada beberapa skenario bila terjadi chaos:
Pertama, skenario potong kompas. Menguatkan posisi politik kelompok tertentu di jaringan kekuasaan. Mereka mendesak Jokowi menerbitkan semacam super semar pada era Soekarno atau Inpres pada era Soeharto.
Inpres yang menunjuk seorang jenderal pro mereka untuk mengendalikan keadaan darurat yang sengaja mereka bikin darurat untuk beberapa waktu. "Jenderal" yang dikendalikan oleh kelompok mereka.
Kelompok ini merasa 'terancam' pada 2024 tidak dapat memegang kendali lagi kekuasaan. Apalagi mereka belum punya calon yang bisa mengalahkan elektabilitas Prabowo Subianto, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.
Mereka maunya Ahok si penista agama yang jadi Presiden 2024. Faktanya tingkat keterpilihan alias elektabilitas Ahok jeblok. Anies Baswedan jadi sasaran tembak. Dianggap representasi lawan mereka.
Isunya Pilpres 2024 lebih brutal dan lebih gila curangnya untuk memenangkan Ahok. Dengan adanya chaos kelompok ini dapat bertindak super body. Membungkam partai, aktivis Islam dan kelompok yang berseberangan dengan mereka. Targetnya, memuluskan Ahok Presiden 2024.
Kedua, skenario brutal dan sadis. Bermainnya kelompok merah dengan didukung oleh negara yang selama ini pro mereka untuk mengambil alih kekuasaan secara terang-terangan.
Kelompok ini juga merupakan bagian dari kelompok yang dijelaskan di atas. Sebelumnya kelompok ini tidak berani tampil secara terbuka karena merasa kekuatan mereka belum maksimal. Sekarang mereka percaya diri. Isu masuknya WNA berkedok TKA yang menjadi kontroversi meneguhkan argumentasi kalau kekuatan mereka tidak bisa dianggap enteng.
Ketiga, skenario pecah belah Indonesia. Melalui politik bumi hangus. Kelompok ini menggiring kerusuhan terjadi dimana-mana dengan memainkan isu disintegrasi bangsa.
Papua didorong merdeka. OPM dikipas-kipas. Tentu kita masih ingat provokator rusuh Papua 2019 yang hingga kini masih bebas, Veronica Koman. Ditengarai Veronica Koman dilindungi 'orang kuat' Jakarta sehingga tidak tersentuh hukum.
Gilanya lagi. Berkembang rumor. Kalimantan dan Sulawesi diprovokasi merdeka. Rumornya, bila Ahok gagal jadi Presiden RI 2024. Ahok dipersiapkan bakal jadi Presiden Kalimantan dan Sulawesi.
Keempat, skenario damai pasca keadaan darurat. Skenario ini sangat tidak dikehendaki oleh 3 kelompok di atas yang bermain dengan 3 skenario sekaligus.
Bangkitnya pembela merah putih yang dalam beberapa tahun terakhir tersingkir dan disingkirkan dari arena kekuasaan.
Bangkitnya kelompok merah putih pertanda baik bagi masa depan Indonesia. Mayoritas rakyat Indonesia berada di kelompok ini. Saya menduga bila kelompok ini berhasil bangkit akan langsung mendeklarasikan kembali ke UUD 1945 yang asli.
Waspada! Jangan lengah! Mereka mengintai kita. Pecinta, pembela dan pemilik NKRI sejati.
Bandung, 20 Sya'ban 1441/14 April 2020
Oleh: Tarmidzi Yusuf
(Pengamat Politik Islam)
*Sumber: fb penulis