[PORTAL-ISLAM.ID] Perjuangan para dokter berada di garda terdepan membuat mereka bertaruh nyawa. Di Inggris, sedikitnya ada 4 dokter muslim yang harus tutup usia.
Keempat dokter pria yang merupakan muslim tersebut adalah Adil El Tayar, Alfa Sa’adu, Habib Zaidi, dan Amged el-Hawrani.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Medis Islam Inggris, dr. Salman Waqar, mengatakan kontribusi para dokter ini tak bisa dibalas dengan apapun. Bakti dan dedikasi mereka tak bisa tergantikan.
“Mereka adalah pria yang berbakti, dokter senior yang berkomitmen, dan layanan berdedikasi selama puluhan tahun bagi komunitas dan pasien mereka,” katanya seperti dilansir dari Al Jazeera, Rabu (1/4/2020).
“Mereka memberikan pengorbanan tertinggi saat melawan penyakit ini. Kami mendesak semua orang untuk melakukan bagian mereka dan menghentikan kematian lebih lanjut. Wajib tinggal di rumah,” tegas dr. Salman.
Kasus meninggalnya dokter semakin membuat Inggris krisis jumlah dokter. Keempat dokter tersebut memiliki kiprah yang luar biasa sebagai pejuang kesehatan.
1. Adil El Tayar
Adalah seorang dokter dan konsultan yang memberikan hidupnya sukarela dalam keadaan darurat. Adil El Tayar adalah seorang ahli bedah Pusat Kesehatan Nasional (National Health Service/NHS) Inggris. Dia meninggal pada 25 Maret, dalam usia 64 tahun.
Sebagai konsultan transplantasi organ, ia lulus dari Universitas Khartoum pada tahun 1982. El Tayar telah bekerja di Rumah Sakit Wilayah Hereford di barat Inggris sebagai sukarelawan di departemen darurat, di mana keluarganya percaya bahwa dia terkena virus Korona.
Dia mulai mengisolasi diri ketika dia menunjukkan gejala tetapi akhirnya dirawat di rumah sakit dan diberikan fasilitas ventilator. Duta Besar Inggris untuk Sudan, Irfan Siddiq, memberikan penghormatan kepada ayah empat anak itu dan berterima kasih kepada petugas kesehatan.
“Hanya butuh 12 hari bagi Adil untuk beralih dari dokter yang tampaknya sehat lalu menjadi pasien berbaring dan tergeletak di kamar mayat rumah sakit. Pemakamannya sedang diatur minggu ini,” katanya.
2. Alfa Sa’adu
Adalah seorang dokter veteran yang lahir di Nigeria, bekerja pada National Health Service Inggris selama hampir 40 tahun. Dia meninggal pada hari Selasa dalam usia 68 tahun setelah bertempur dua minggu melawan virus tersebut.
Sa’adu memulai karir medisnya sebagai dokter konsultan dalam kedokteran geriatri ketika ia datang ke London dan lulus dari University College Hospital Medical School pada tahun 1976. Dia kemudian menjadi direktur medis sebelum pensiun dan menjadi sukarelawan.
Putra Sa’adu, Dani mengatakan kepada Al Jazeera sosok ayahnya adalah pria yang sangat bersemangat, yang peduli menyelamatkan orang. Dia bekerja untuk NHS selama hampir 40 tahun di berbagai rumah sakit di seluruh London.
“Dia suka mengajar orang-orang di dunia kedokteran, dia melakukannya di Inggris dan Afrika. Ayah saya pensiun dan bekerja paruh waktu di Rumah Sakit Ratu Victoria Memorial di Welwyn, Hertfordshire sampai meninggal dunia,” katanya.
Dia meninggalkan dua putra dan seorang istri, yang juga seorang dokter. Mantan presiden Senat Nigeria, Bukola Saraki, memberikan penghormatan kepada Sa’adu di Twitter.
3. Habib Zaidi
Seorang dokter umum yang baik hati dan penuh dedikasi yang mengorbankan nyawanya. Dia adalah seorang dokter umum asal Pakistan. Habib Zaidi pindah ke Inggris hampir 50 tahun yang lalu dan bekerja di Leigh-on-Sea di Essex, Inggris tenggara, selama lebih dari 45 tahun.
Pada hari Rabu, pada usia 76 tahun, dia meninggal karena Covid-19. Zaidi telah mengasingkan diri selama seminggu ketika dia dibawa ke rumah sakit dan meninggal 24 jam kemudian di unit perawatan intensif.
Keluarganya benar-benar terpukul. Christine Playle, 73, salah satu mantan pasien Zaidi yang melakukan operasi kecil kurang dari tiga minggu sebelum kematiannya, mengatakan dia terkejut dan sedih.
“Dr Zaidi adalah seorang dokter yang sangat disukai dan dihormati dan merupakan teladan. Sosok yang ramah, peduli, ramah dan periang,” katanya kepada Al Jazeera.
“Dia adalah seorang dokter yang berdedikasi, dan pengabdian itu mengorbankan nyawanya,” katanya.
Sesuai dengan batasan jarak, hanya keluarga dekatnya yang menghadiri pemakamannya. Istrinya kini telah mengisolasi diri.
4. Amged el-Hawrani
Seorang figur ayah yang berjuang untuk banyak orang. Lahir di Sudan, anak kedua dari enam bersaudara, Amged el-Hawrani adalah konsultan telinga, hidung, dan tenggorokan di rumah sakit universitas di utara Inggris.
Meskipun tidak memiliki masalah kesehatan yang mendasarinya, el-Hawrani meninggal di rumah sakit pada hari Sabtu (28/3) dalam usia 55 tahun. Adik bungsunya, Amal, memberikan penghormatan kepada saudaranya yang tanpa pamrih menanggung beban orang lain dan menjadi figur ayah setelah kematian kakak dan ayah tertua mereka.
“Amged adalah seseorang yang sangat kuat, baik secara mental dan fisik, tetapi tenang dan lembut,” katanya.
“Dia adalah seorang pelindung, berjuang untuk orang-orang, berjuang untuk saudara-saudaranya,” jelas Amal.
Beberapa minggu sebelum kematiannya, el-Hawrani mengkhawatirkan ibunya yang sudah lanjut usia yang sakit lagi setelah sembuh dari pneumonia. El-Hawrani menyelesaikan shift malamnya dan berkendara cukup jauh untuk melihatnya di Bristol, di Inggris barat daya. Pada saat itu, ia merasakan gejala flu ringan yang membuatnya terlalu banyak bekerja.
Pemakamannya berlangsung pada hari Selasa (31/3) dengan hanya keluarga dekat yang hadir. Dia dimakamkan di Bristol.
(Sumber: Aljazeera/JawaPos)