“Dakwah” Politik Erdogan
Kaya tapi gak pamer. Ringan tangan tapi tidak riya. Dermawan tapi tidak koar-koar. Begitulah kebiasaan Turki di bawah Erdogan.
Jutaan dolar untuk Rohingya. Jutaan dolar untuk Uighur. Jutaan dolar untuk Palestina. Jutaan dolar untuk Kashmir. Miliaran dolar untuk pengungsi Suriah.
Semua dilakukan atas nama kemanusiaan dan persaudaraan. Bukan untuk pencitraan, dia juga tidak menderma sendiri, Turki mengajak yang lain ikut menyumbang. Qatar yang paling rajin ikut ajakan Turki.
Jauh sebelum ada virus corona, Turki sudah rajin membantu banyak negara Islam dan negara lain pada umumnya.
Tidak heran kalau Turki bantu Italia, Spanyol, dkk hadapi virus corona. Turki sudah lama juga membantu Afrika dan ikut bersaing dengan Israel dalam mendominasi Afrika.
Hampir separuh negara pecahan Soviet sekarang menjadi mitra dan sahabat Turki. Azerbaijan, Kazakhstan, Kirgystan, Turkmenistan, dll.
Mereka memilih Turki sebagai mitra karena dianggap yang paling tulus dalam bersahabat.
Bahkan kalau melihat kedekatan antara Presiden Turki Erdogan dengan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev, mereka Sudah seperti adik-kakak. Tidak ada saudara yang lebih dia percayai selain Erdogan. Begitu kata Presiden Aliyev.
Tahun lalu Turki juga menyumbang sebuah mesjid besar, terbesar di Djibaoti. Diberi nama dengan mesjid AbadulHamid II, diresmikan oleh ketua DPR Turki dari Partai AKP DR. Mustafa Sentop.
Mesjid tersebut bisa menampung puluhan ribu jamaah, lengkap dengan fasilitas lain yang modern. Lengkap dengan sekolah standar internasional dan tempat mengkaji agama yang modern.
Turki juga sebelumnya sudah menyumbang mesjid besar untuk muslim Rusia, juga sudah meresmikan mesjid besar bantuan Turki untuk muslim Jepang.
Tidak terhitung berapa besar dana yang dikeluarkan Turki untuk membantu kemanusiaan. Belum lagi dana untuk perang Suriah agar Muslim sunni disana aman dari rezim barbar yiah Al-Assad.
Belum lagi uang yang dikeluarkan Turki untuk membantu pemerintah Libya dari rongrongan pemberontak. Miliaran dolar sampai saat ini uang Turki mengalir ke Libya demi stabilitas negara muslim di sana.
Di Libya tidak tahu berapa uang Turki yang habis setiap bulan. Karena disana ada 5.000 pasukan Turki yang disiagakan untuk membantu pemerintah sah. Makan, minum, kamp militer, penasehat militer, gaji tentara, gaji jenderal, dst dst.
Inilah dakwah politik yang sesungguhnya. Tidak pamer uang receh untuk pencitraan politik. Erdogan tahu cara mentransform negaranya menjadi negara maju tanpa banyak tausiyah yang menipu. Erdogan tahu mana tugas negarawan dan mana tugas LSM.
Inilah dakwah politik yang sebenarnya. Erdogan tidak meninabobokkan ummat dengan dalil-dalil menyesatkan untuk kepentingan politik 5 tahunan, padahal realitanya mereka gak mampu mengurus negara kalaupun mereka menang pemilu.
Erdogan selalu meletakkan akalnya didepan jubah menipu kebanyakan politisi Islam. Yang suka malas mikir, mau berkuasa tapi minim bekal, mau berkuasa tapi tidak mengukur ambisi dengan kemampuannya yang masih level rakyat.
Turki berhasil melakukan dakwah politik yang sebenarnya, karena pada akhirnya manusia hanya akan mendengar mereka yang terbukti kuat bukan yang ngaku-ngaku hebat atau paling suci.
Turki berhasil menjadi negara maju karena kejujuran dalam proses dan jujur dalam berbenah para elit politiknya.
Erdogan tidak suka dengan jalan pintas dan jalan instan yang biasa ditempuh oleh banyak politisi yang suka memanfaatkan kebodohan rakyat untuk meraih kursi kursi sisa di parlemen.
Erdogan tidak mengikuti langkah kaum marginal dari politisi Islam yang terus jualan agama untuk meraih kekuasaan yang sejatinya syahwat mereka sangat lemah dalam mengurus negara kalaupun semua negara ini nanti dikasih ke mereka.
Erdogan bisa banyak memberi, karena dia bukan tipikal politisi yang cari uang receh di kursi kekuasaan. Dia bukan maling uang receh yang memanfaatkan jabatannya sebagai presiden partai atau presiden rakyat.
Erdogan bisa banyak memberi karena dapur Erdogan tidak bergantung ke yayasan partai sejak dia gabung dalam partai, jadi walikota, dan saat jadi presiden.
Dia gak pernah korupsi sepeserpun uang rakyat Turki padahal pernah 22 tahun jadi pejabat eksekutif negara.
(By Tengku Zulkifli Usman, analis politik)