[PORTAL-ISLAM.ID] Gaza, sebagai satu-satunya Kota di Palestina yang masih bersih dari virus Corona, berusaha membantu kota-kota lainnya di Palestina dan sejumlah negara Timur Tengah yang kekurangan APD (Alat Pelindung Diri).
Maka, perusahaan tekstil di wilayah yang diblokade oleh Israel selama 13 tahun ini, bekerja keras memproduksi masker dan perlengkapan medis anti Covid-19.
WHO: Gaza Menghadapi Corona dengan Baik
Abdel Nasser Subh, Direktur Kantor Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Jalur Gaza, menyebut langkah-langkah yang diambil oleh Departemen Kesehatan dan lembaga pemerintah di Jalur Gaza untuk menghadapi virus Covid 19 (Corona) sebagai langkah yang "berhasil". Dia menegaskan bahwa masyarakat internal di Jalur Gaza bebas dari penyebaran virus Corona.
Dalam wawancara dengan Pusat Informasi Palestina, Subh menegaskan bahwa Jalur Gaza sampai saat ini aman. Dia menyatakan WHO terus memantau situasi secara internal di Jalur Gaza, juga terkait prosedur Kementerian Kesehatan mengenai karantina, pemeriksaan, kesiapan, dan kondisi di rumah sakit dan pusat-pusat kesehatan.
Pejabat WHO ini mengatakan, "Langkah-langkah yang diambil di Jalur Gaza sudah baik. Sejauh saat ini telah berhasil melindungi masyarakat dari dalam. Terutama langkah-langkah yang diambil pada tingkat penyeberangan dan karantina untuk mereka yang masuk ke Jalur Gaza."
Terkait dengan dua kasus positif yang ditemukan dalam karantina, dia menegaskan bahwa hal itu tidak menimbulkan ancaman bagi Jalur Gaza. Dia mengatakan, "Dua kasus ini dari luar (belum masuk Gaza). Kasus ini bukan berasal dari dalam masyarakat Gaza. Kasus ini datang bersama orang-orang yang bepergian ke tempat-tempat di mana virus itu tersebar. Dengan demikian bukan merupakan bahaya bagi masyakat di dalam Jalur Gaza."
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan Palestina telah mengkonfirmasi dua kasus pertama coronavirus yang masuk ke Jalur Gaza, namun belum sempat membaur dengan masyarakat karena langsung masuk karantina.
Dua orang dinyatakan positif mengidap virus itu setelah kembali dari Pakistan, kata pejabat kesehatan Yusuf Abo al-Reish dalam konferensi pers di Kota Gaza, Minggu (22/3/2020) pagi, dilansir dari Kantor Berita Turki Anadolu Agency.
Dia mengatakan dua pasien telah dikarantina setelah melewati perbatasan Rafah antara Gaza dan Mesir pada hari Kamis.
Pemerintah Gaza memang langsung melakukan langkah-langkah preventif pencegahan masuknya corona ke Jalur Gaza dengan membuat karantina di perbatasan. Setiap orang yang masuk ke Gaza langsung dikarantina sebelum diperbolehkan masuk Gaza. Setelah dinyatakan negatif corona barulah diperbolehkan masuk Gaza.
Kemampauan harus dikembangkan
Mengenai potensi dan kemapuan yang ada di Jalur Gaza dalam menangani wabah ini, dia menjelaskan bahwa mungkin saja dilakukan tes terkait dengan virus Corona melalui alat dan bahan kimia yang diperlukan untuk melakukan tes. Dia menegaskan bahwa sampai saat ini cukup untuk memeriksa sekitar 300 kasus.
Dia menyatakan bahwa Gaza memiliki rumah sakit lapangan di perlintasan penyeberangan Rafah, yang berisi 40 tempat tidur, termasuk 6 untuk perawatan intensif. Di rumah sakit ini, dua orang yang ditemukan positif korona sedang dikarantina.
Menurutnya, salah satu kesenjangan yang dialami Jalur Gaza adalah kurangnya tempat perawatan intensif dan respirator yang cukup untuk ratusan kasus jika ada terjadi di Jalur Gaza. Dia menegaskan, bahwa Jalur Gaza hanya memiliki kemampuan untuk menangani 100 kasus saja.
Dia menambahkan, "Jika ada 500 atau 1.000 kasus, maka dibutuhkan respirator dan tempat perawatan intensif dalam jumlah yang cukup, dan ini tidak tersedia. Karena itu Jalur Gaza akan menghadapi tantangan dalam menghadapi korona ini."
Subh mengatakan bahwa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan memasok kebutuhan ini untuk membantu pemeriksaan lebih dari seribu sampel jika diperlukan. Dia kembali menegaskan bahwa belum ada satu kasus pun di dalam Jalur Gaza. (PIP)