[PORTAL-ISLAM.ID] Jiwasraya mau di “bailout” suntik dana APBN waduh. Uang jeblok dirampok penjahat mau diganti oleh negara. Menkeu yang bawahan Presiden semakin bikin pusing. Skandal Jiwasraya tak boleh dilupakan dan harus dipertanggubgjawabkan. Diusut terus baik aspek hukum maupun akibat perbuatan politiknya. Mengatasi dengan menyuntik uang negara dinilai keterlaluan. Kemarin katanya mau ditalangi oleh pengusaha dulu. Bohong lagi.
Said Didu pernah membandingkan dengan pemaksaan kenaikan tarif BPJS dimana Menkeu menolak keras pemberian subsidi pada “program rakyat” ini. Dengan wajah dingin bu Menkeu memaksa kenaikan 100 persen untuk tiap kelas. Urusan rakyat disikapi dengan keras dan kejam. Tetapi kejahatan keuangan yang dilakukan para perampok malah mau ditolong habis. Merujuk Al Qur’an “afala ta’qiluun”–Apakah engkau memiliki otak ?
Jokowi sebenarnya tertekan dan bagai makan buah simalakama. Tapi ini akibat perbuatannya sendiri karena ingin jadi Presiden lagi. Sekarang telah “sukses” mencapai keinginannya. Nah wajar harus menuai pahitnya dari buah itu. Rakyat akan semakin jengkel dan marah jika Jiwasraya harus berefek pada penggunaan dana negara secara keliru. Negeri ini bukan milik Sri Mulyani atau Jokowi.
Mengurus negeri acak acakan terutama di era wabah corona. Sebanyak 238 WNI yang dipulangkan dari China di karantina di Natuna. Meskipun untuk itu mendapat reaksi dari penduduk setempat. Akan tetapi anehnya turis China ternyata naik 1,46 persen masuk ke Indonesia dengan leluasa di tengah wabah. Padahal ada TKA China yang bekerja di Serang Banten juga terindikasi terinfeksi covid 19 masuk tanpa karantina.
Pemerintah Indonesia longgar menahan serangan virus. Negara lain menutup kita membuka. Pengetatan justru terjadi saat masuk area Istana. Para Menteri menghadapi pemeriksaan suhu tubuh sewaktu masuk Istana Kepresidenan. Itu terjadi setelah Presiden mengumumkan 2 orang terkena infeksi virus corona. Istana boleh takut, rakyat tidak.
China yang dimanja oleh pemimpin negara kini menderita. Meski demikian pemimpin kita masih bersedia hidup bersama dalam suka dan duka. Rakyat Indonesia pasti tidak suka. Jadinya antara pemimpin dan rakyat menjadi berbeda selera. Ini adalah fakta.
Kacaunya lagi ketika katanya stok masker ada 50 juta, Presiden berteriak keras perintahkan Kapolri untuk menindak siapa yang menimbun masker. Eh tahunya Risma Walikota Surabaya justru yang secara terang terangan menimbun masker. Sejak bulan Januari lagi.
Nah, monggo pak segera ditindak dengan setindak-tindaknya. Sopo sing nyolong bakal kelangan, mbah.
Penulis: M. Rizal Fadillah