Ketika Warga Eropa Mengungsi dan Menyelamatkan Diri ke Timur Tengah
Public Radio Internasional [PRI] saat itu mewartakan, "Sejumlah pengungsi, seperti pengungsi Yunani yang tiba di kamp Aleppo [Suriah] dari kepulauan Dodecanese pada 1944, bisa menjadikan pemeriksaan medis menjadi rutinan harian mereka. Setelah petugas medis menganggap mereka sehat untuk bergabung di kamp, para pengungsi ini kemudian dipisahkan dan ditempatkan di kamp-kamp yang dibuat khusus untuk keluarga, anak-anak tanpa pendamping, pria lajang ataupun wanita lajang.
Ketika ditentukan di bagian kamp mana mereka tinggal, para pengungsi ini bisa menikmati beberapa kesempatan untuk mengadu nasib di luar kamp. Mereka bisa keluar namun di bawah pengawasan petugas kamp. Ketika pengungsi di kamp Aleppo, melakukan perjalanan jauh ke kota-kota [di Suriah], mereka bisa mengunjungi toko-toko untuk membeli kebutuhan sehari-hari, menonton di bioskop lokal, atau sekedar mengusir kebosanan karena tinggal di kamp yang monoton.
Walau kamp di Moses Wells [Sinai, Mesir] bertempat di padang pasir, jauh jaraknya jika berjalan kaki menuju kota, namun para pengungsi ini diizinkan untuk menghabiskan waktu setiap hari berendam di sekitaran Laut Merah.
Di Nuseirat [Gaza, Palestina], seorang pengungsi yang merupakan seniman, menyelesaikan banyak lukisannya di dinding-dinding taman kanak-kanak yang ada di dalam kamp, menjadikan ruang kelas cerah dan menyenangkan. Orang-orang kaya di sekitaran kamp menyumbangkan mainan dan boneka ke taman kanak-kanak."
Sumber: UN Archives, US National Archives, TRT World, Al Jazeera, Daily Sabah, Middle East Eye, Washington Post, BBC.
[Video]
Erdogan: Dulu Pengungsi Yunani Ditolong Rakyat Suriah, Kenapa Sekarang Pengungsi Suriah Diperlakukan Keji Oleh Yunani?— Mas Piyu ORI (@mas__piyuuu) March 4, 2020
Koran Huna al-Quds (1-01-1942): Wanita Suriah membagikan makanan pakaian kpd anak² pengungsi Yunani akibat pendudukan Jerman
👉https://t.co/4zbcGZ31XO pic.twitter.com/48LyuDn2hy