[PORTAL-ISLAM.ID] Forbes Asia merilis laporan Woman in Business 2018. Dari 25 wanita pebisnis yang dianggap memiliki dampak besar dalam dunia bisnis di Asia, dua nama di antaranya berasal dari Indonesia.
Dilansir dari Forbes, Sabtu 5 Mei 2018, Forbes Asia memilih 25 wanta pebisnis di kawasan Asia Pasifik, yang memiliki dampak besar di dunia bisnis, baik dilihat dari uang yang dihasilkan maupun ide dan tren yang mereka usung.
Ada dua wanita Indonesia yang menembus daftar Woman in Business 2018. Mereka adalah Pendiri Paragon Technology and Innovation yang terkenal dengan mereknya Wardah, Nurhayati Subakat.
Satu nama lainnya adalah Arini Sarraswati Subianto atau Arini Subianto yang merupakan penerus dari konglomerat dan orang terkaya Indonesia, Benny Subianto.
Nurhayati mulai merintis bisnis sejak tahun 1985. Kala itu, dia mendirikan perusahaan bernama Pusaka Tradisi Ibu dengan suaminya yang merupakan insinyur kimia. Mereka membuat produk perawatan rambut. Tahun 1995, Nurhayati meluncurkan lini kosmetik yang bernama Putri pada 1993.
Sebagai seorang Muslim, Nurhayati semakin sadar akan permintaan kosmetik halal. Pada 1995, dia membuat kosmetik halal dengan merek Wardah—dalam bahasa Arab, berarti mawar. Pada 2017, berdasarkan perusahaan riset e-commerce, IQ, Paragon memegang 30 persen produk kosmetik di Indonesia.
Jatuh Bangun Nurhayati Subakat
Nurhayati merupakan anak ke empat dari delapan bersaudara yang berasal dari Minangkabau. Ia menghabiskan masa kecilnya di kota kelahiran, Padang Panjang. Seusai menamatkan sekolah Diniyah Putri, ia kemudian pindah ke Padang. Disini, sambil bersekolah ia juga membantu usaha orang tuanya. Setelah itu ia melanjutkan pendidikannya di Jurusan Farmasi, Institut Teknologi Bandung.
Nurhayati memulai kariernya sebagai apoteker di Rumah Sakit Umum Padang. Kemudian ia pindah ke Jakarta dan bekerja di perusahaan kosmetik Wella, sampai menjadi manager quality control. Dari sinilah ia mencoba berinsiatif untuk berbisnis sendiri.
Berbicara mengenai proses, Nurhayati Subakat, Pendiri PT Paragon Technology Innovation (PTI) yang dulu bernama PT Pustaka Tradisi Ibu pemilik merek kosmetik muslimah Wardah, mempunyai cerita bagaimana jatuh bangunnya mengembangkan Wardah, Make Over, Emina, Putri dan IX.
Nurhayati menuturkan seperti kebanyakan wanita lainnya, ia juga adalah seorang wanita karier. Dari tahun 1979 hingga 1985 Nurhayati bekerja sebagai seorang QC (Quality Control) Manager di perusahaan haircare besar di Indonesia, Wella atau dengan kata lain posisinya saat itu sudah cukup mumpuni.
Namun, setelah lima tahun bekerja, ia merasa dirinya belum maksimal dalam membagi waktu untuk lebih mengurus anak-anaknya. Hingga akhirnya Nurhayati memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya yang menyita waktu dan memutuskan untuk membangun usaha sendiri.
"Saya waktu itu kan kerja di PT Wella, sudah jadi QC Manager dengan latar belakang pendidikan saya Farmasi IPB. Kantor waktu itu di Bogor dan rumah saya di Tangerang, lumayan jauh kan. Saya akhirnya milih mundur, dengan pertimbangan mau usaha agar pada dasarnya saya mau mengurus anak. Jadi waktu itu agar saya bisa lebih fleksibel," ujar Nurhayati.
Selain berniat sungguh-sungguh untuk bisa lebih maksimal lagi dalam mengurus anak-anaknya. Protes yang datang dari anak-anak kepada dirinya, juga menjadi dasar mengapa akhirnya ia lebih memilih untuk 'berdagang' sendiri ketimbang menjadi pekerja kantoran.
"Anak-anak setiap kali saya berangkat pasti protes ‘kenapa sih ibu kerja, memang uang dari bapak kurang’. Seperti itulah yang dilontarkan anak-anak. Memang sih saya sih berusaha setiap hari selalu menyempatkan untuk memandikan anak-anak setiap pagi, lalu kasih makan dan antar anak-anak ke sekolah. Saya juga usahakan sekali sudah ada di rumah sebelum anak-anak pulang berkegiatan setiap harinya,” akunya.
Sampai akhirnya menyadari keinginan dirinya yang ingin mempunyai waktu lebih untuk anak-anak namun tetap dengan kondisi ia tidak hanya berdiam diri, tetapi tetap berkarya melakukan sesuatu. Dengan bekal banyak koneksi yang ia bangun selama bekerja menjadi QC Manager perusahaan produk perawatan rambut salon tersebut serta aset harta benda berupa mobil dan rumah, wanita kelahiran 27 Juli 1950 ini mantap menjadi pengusaha berbisnis di bidang produk kecantikan, dengan produk pertamanya yakni Putri, produk perawatan rambut khusus untuk salon hingga kini sukses membangun kerajaan bisnis dengan berekspansi melalui beberapa anak perusahaan.
"Modal yang saya punya kala itu enggak besar. Tapi saya sudah punya rumah dan mobil, itu kan aset ya. Nah koneksi yang saya punya, seperti para supplier inilah juga modal saya, mereka yang memberi kredit pada saya," ujarnya.
Menurut wanita yang lahir di Padang Pajang, Sumatera Barat ini, awalnya sangat sulit memulai bisnis kosmetik yang sudah digelutinya sejak tahun 1985.
"Awalnya sulit karena kok ada kosmetik dengan label halal, ini disangka jual agama. Tapi yang jelas ide label halal itu awalnya berasal dari pesantren," cerita Nurhayati Subakat saat menjadi pembicara pada Pesta Wirausaha 2014 yang digelar oleh Komunitas Tangan D Atas (TDA) di TMII, Jakarta.
Awalnya, sebut Nurhayati, bisnis tersebut hanya bisnis rumahan biasa. Dengan target konsumen muslimah, Wardah membawa label halal pada brand-nya. Ketika itu produknya hanya ditawarkan dari pintu ke pintu (door to door) dan dari salon ke salon.
Kesulitan terbesar menurutnya adalah mendapatkan kepercayaan terhadap produk kosmetik rumahan baru dengan label halal tersebut yang dia bawa. Namun perlahan, dengan kerja kerasnya, bisnis tersebut mampu mendapatkan kepercayaan dari konsumennya.
Nurhayati terus mengembangkan sayap usahanya ke berbagai tempat yang memiliki potensi usaha. Namun, saat usahanya berkembang, Nurhayati mendapatkan cobaan yang tidak ringan, tempat usahanya mengalami musibah kebakaran. Musibah tersebut sempat membuat wanita berdarah minang tersebut ingin berhenti menjadi pengusaha.
Tetapi mental seorang pengusaha bermain disini. Dia menyadari jika dia berhenti, maka karyawannya akan kehilangan mata pencaharian untuk keluarganya. Atas dasar tanggung jawab terhadap karyawannya, dia putuskan untuk kembali memulai dari awal bisnisnya yang sempat bangkrut tersebut.
Kebangkitan bisnis Nurhayati, dimulai melalui relasi-relasinya. Bisnis wanita berhijab tersebut merangkak naik dan makin besar. Produk-produknya semakin dipercayai konsumen dan jangkauan wilayah produknya pun semakin luas.
Saat ini, PTI memiliki dua pabrik yang berlokasi di Cibodas dan Tangerang dengan daerah operasional mencapai 30 daerah dengan 4.500 karyawan diseluruh Indonesia. Bahkan saat ini produk-produk PTI sudah masuk ke berbagai negara Asia Tenggara seperti Malaysia.
Keberhasilan Nurhayati, mengembangkan bisnis kosmetik halalnya, ternyata membuat para CEO kosmetik dunia penasaran dengan strategi bisnis produk Wardah. Nurhayati bercerita, ketertarikan CEO kosmetik dunia tersebut nampak saat dia menghadiri sebuah acara di Eropa.
Saat itu menurutnya, dia sampai dikejar-kejar oleh orang yang ingin menanyakan strategi bisnis Wardah. Dia baru menyadari setelah itu, ternyata yang bertanya tersebut adalah CEO kosmetik dunia.
"Kami dikejar-kejar CEO perusahan kosmetik dunia. Mereka tanya apa yang membuat Wardah bisa seperti ini, lalu saya jawab ini karena pertolongan Allah," ucapnya yang kemudian disambut tepuk tangan para peserta seminar.
[Video - TheCEO: Nurhayati Subakat, Ibu Rumah Tangga Bawa Wardah Jadi Ratu Kosmetik Indonesia]
Sumber: Liputan6, aksi