[PORTAL-ISLAM.ID] Situasi wabah virus Corona lebih buruk dari yang terdata. Awalnya itu hanya dugaan dari seorang pejabat pemerintah Australia.
Namun kemarin Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengindikasikan hal yang sama. Pasalnya sejak 6 - 29 Maret 2020 sudah ada 283 pemulasaraan jenazah yang dilakukan dengan protokol pasien Covid 19. Bila angka ini dijadikan dasar membuat perkiraan kasus positif di Jakarta, dengan tingkat fatality 3 persen maka potensi angka kasus positif di Jakarta mencapai 9.430 kasus!
Barangkali hal ini yang membuat suara Mas Anies bergetar menahan duka dalam konferensi pers kemarin. Kita dalam situasi gawat.
Jika kondisi Jakarta memburuk, kita tak ingin situasi ini menular ke luar Jakarta. Kasihan. Daerah luar Jakarta sistem kesehatannya tak sebaik Jakarta. Jumlah Rumah Sakit tak sebanyak Jakarta. Fasilitas Kesehatan tak selengkap Jakarta. Jumlah dokter tak sebanyak Jakarta. Jumlah dokter spesialis paru yang dibutuhkan menangani penyakit ini tak sebanyak Jakarta. Demikian pula jumlah apotik, juga tak sebanyak Jakarta. Kita bisa bayangkan jika ini terjadi di daerah tertinggal, situasi akan sangat menyedihkan.
Maka saya pribadi sangat mengerti. Mengapa Gubernur Papua ingin menutup total bandara dan pelabuhannya. Mengapa Bupati Pangkal Pinang membuat keputusan menutup diri dari luar. Mereka tahu persis, sistem kesehatan di daerahnya tak kan sanggup menangani jika wabah ini meluas di daerahnya.
Harus ada kebijakan ekstrim untuk kejadian luar biasa ini. Harus ada tindakan segera untuk memutus mata rantai penyebaran virus ini. Jakarta yang saat ini telah melakukan kebijakan limited mobility (pergerakan terbatas) dengan menutup tempat hiburan, melarang kerumunan, meliburkan sekolah, menggerakkan orang beribadah di rumah - merasa harus menaikkan kebijakannya menjadi near zero mobility (pergerakan nyaris 0).
Apa yang dilakukan mas Anies untuk meningkatkan status kebijakan Pemprov DKI Jakarta? Menyurati BNPB sebagai koordinator nasional penanggulangan Covid 19, agar menerapkan karantina wilayah di DKI Jakarta.
Kemarin Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta juga sudah membuat surat kepada ORGANDA agar semua angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) menghentikan operasinya sementara waktu. Bukan tanpa koordinasi, surat ini dibuat sebagai tindak lanjut rapat dengan Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan. Langkah ini juga merespon pernyataan Presiden yang menyatakan bahwa himbauan mudik saja tidak cukup.
Sayangnya surat itu hanya berusia beberapa jam. Langkah ini batal dilaksanakan karena ditolak oleh Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi. Belum ada kajian atas dampak ekonomi, katanya. Padahal ORGANDA sudah memahami dan siap menjalankan.
Pembatalan ini mengecewakan. Bagi saya, agak aneh ketika kita masih bicara dampak ekonomi pada saat wabah meningkat eskalasinya seperti ini. Padahal dampak ekonomi sudah pasti ada. Bahkan untuk semua langkah yang sudah dilakukan oleh berbagai pemerintah daerah saat ini, ada dampak ekonominya. Dengan menutup tempat wisata, menutup sekolah, menghimbau warga tetap di rumah -- itu semua menimbulkan dampak ekonomi yang tidak kecil. Kebijakan yang diambil oleh pemerintah pusat - pembatasan wilayah sosial - itu juga akan menimbulkan dampak ekonomi.
Kita semua terimbas secara ekonomi. Tapi semua memaklumi. Jika tidak, mana mungkin lebih dari 2.000 perusahaan/kantor mau menuruti seruan Pemprov DKI Jakarta untuk tutup sementara atau menutup sebagian aktivitas usahanya.
Yang jelas jika rantai penularan virus ini tak segera dihentikan, keadaan darurat ini bakal jauh lebih lama. Saya bukan ekonom, silakan para ahli ekonomi mengkalkulasi, mana yang paling baik untuk ekonomi Indonesia. Apakah cara cepat memotong penularan virus dengan karantina wilayah, tutup sama sekali, ekonomi nyaris mandeg tapi sebentar. Atau justru dengan cara seperti sekarang, pergerakan orang sedikit dibatasi, tapi masih membiarkan angkutan antar wilayah bergerak. Virus masih berpotensi menular keluar melalui pemudik. Ekonomi melambat, dan akan lama pulih.
Yah, yang terpenting kita telah melakukan bagian kita dengan sekuat tenaga. Ada pihak-pihak yang lebih kuasa menentukan - mau dibawa kemana bangsa ini.
Mari kita berdoa, meminta yang terbaik.
By Tatak Ujiyati
(Catatan Pagi, 31/3/2020)