[PORTAL-ISLAM.ID] Obat malaria Chloroquine phosphate tengah jadi perbincangan ramai usai Presiden Jokowi menyatakan memesan jutaan Chloroquine untuk mengobati virus corona COVID-19.
Dekan FKUI: Jangan Sembarang Borong Chloroquine untuk Obat Corona
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Ari Fahrial Syam memperingatkan kepada masyarakat jangan sembarangan menggunakan obat itu.
Ari menerangkan, obat malaria itu merupakan obat keras, tidak seperti paracetamol dan obat yang dijual di warung. “Itu kan masih dalam pengujian (pengobatan pasien COVID-19), obat itu harus dengan resep dokter,” ujar dia saat dihubungi melalui sambungan telepon, Jumat, 20 Maret 2020.
Chloroqine phosphate merupakan obat malaria dan salah satu yang obat eksperimental yang digunakan dan diteliti oleh para ahli di beberapa negara untuk mengobati pasien virus corona jenis baru yang saat ini mewabah di dunia.
Ari yang merupakan dokter spesialis penyakit dalam itu mengatakan bahwa obat tersebut merupakan obat keras. “Itu obat bukan sembarangan, jika salah menyimpannya bisa menjadi racun, dan jika penggunaannya salah bisa merusak ginjal dan liver,” kata Ari.
Lulusan Ilmu Biomedik FKUI itu juga meminta agar apotik-apotik untuk tidak sembarangan memberikan obat kepada masyarakat. “Jika ada apotik yang memberikannya sembarangan maka itu urusannya harus dengan kepolisian, karena itu obat keras,” kata Ari menegaskan.
Dia meminta masyarakat tidak panik dengan melakukan hal-hal yang menjadi tugas dokter. "Kami di rumah Sakit-rumah sakit melakukan pengobatan yang sesuai dengan kasusnya,” tutur Ari. Dan menambahkan, “intinya (jika ingin terhindar dari virus) daya tahan tubuh harus bagus.”
Link: https://tekno.tempo.co/read/1322102/dekan-fkui-jangan-sembarang-borong-chloroquine-untuk-obat-corona
***
IDI Bantah Chloroquine Phosphate Bisa Jadi Obat Corona
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menepis obat malaria Chloroquine Phosphate bisa menjadi obat virus novel corona (Covid-19). Belum ada obat yang bisa menyembuhkan infeksi virus itu.
Sekretaris Satgas Covid-19 PB IDI Dyah Agustina Waluyo mengatakan, hingga saat ini juga belum ada obat khusus untuk mengobati pasien yang terjangkit virus ini. "Jadi semua diobati sesuai gejala. Kalau demam diberikan obat demam, pilek batuk diberikan obat pilek dan batuk, kemudian kalau sampai gagal napas ya pakai ventilator," katanya, ditulis Selasa (17/3).
Untuk mencegah penularan virus ini, IDI mendorong masyarakat benar-benar menerapkan isolasi di rumah atau social distancing sesuai anjuran pemerintah.
"Jadi kita (harus) sepakat selama 14 hari ini di rumah, kecuali petugas medis atau aparatur sipil negara (ASN) yang memang punya tugas tertentu yang tidak bisa ditinggal. Insya Allah kasusnya (Covid-19) tidak melonjak, tapi tolong jangan meremehkan," ujarnya.
Sebelumnya, netizen sempat dihebohkan adanya kabar obat antimalaria chloroquine phosphate atau klorokuin fosfat dapat menyembuhkan pasien virus korona. Informasi tersebut bahkan diperkuat dengan riset yang menunjukkan ada "kemanjuran" dalam mengobati COVID-19.
Link: https://republika.co.id/berita/q7bvg6396/idi-bantah-emchloroquine-phosphateem-bisa-jadi-obat-corona