[PORTAL-ISLAM.ID] Pada akhir pekan lalu, beredar spekulasi yang menyatakan bahwa virus corona sebenarnya telah masuk ke Indonesia. Spekulasi ini pertama disampaikan oleh tim peneliti dari Harvard T.H. Chan School of Public Health di Amerika Serikat, dan telah dipublikasi di layanan arsip pra-publikasi ilmiah online medRxiv pada 5 Feburari 2020.
Artikel berjudul 'Using predicted imports of 2019-nCoV cases to determine locations that may not be identifying all imported cases' (Link:https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2020.02.04.20020495v1)
berupaya untuk mengidentifikasiin kemungkinan lokasi yang telah terpapar virus corona, namun belum terdeteksi atau belum diumumkan secara resmi.
Untuk mencapai tujuan tersebut, mereka menggunakan metode penelitian melalui perkiraan volume penerbangan antara Wuhan dengan lokasi di 26 negara lain menggunakan model regresi linier umum.
"Lokasi dengan penerbangan langsung dari Wuhan dan jumlah kasus yang dilaporkan di bawah 95% PI (prediction interval) dapat menunjukkan potensi kasus yang tidak terdeteksi di lokasi ini mengingat koneksi yang diharapkan sebelum langkah-langkah pengendalian perjalanan dilaksanakan," tulis tim penelitian tersebut.
"Secara khusus, Indonesia dan Kamboja dengan penerbangan langsung dari Wuhan selama wabah memiliki jumlah kasus di bawah 95% PI dan telah melaporkan nol dan satu kasus sejauh ini," sambung mereka.
Indonesia sebelumnya memiliki sejumlah penerbangan dari dan ke Wuhan pada awal Januari lalu. Penelitian mengasumsikan, makin banyak penumpang dari dan ke Wuhan, maka kemungkinan kasus infeksi novel coronavirus bisa terjadi.
Namun, jumlah kasus yang diidentifikasi di Indonesia dan Kamboja muncul di bawah apa yang diharapkan para peneliti Harvard. Indonesia menyatakan belum ada orang di wilayahnya yang terinfeksi virus corona. Kamboja sejauh ini mengkonfirmasi ada satu kasus. Sementara 25 kasus di Thailand, dipercaya para peneliti seharusnya lebih besar daripada itu.
Para peneliti Harvard T.H. Chan School of Public Health khawatir ketiadaan atau sedikitnya laporan pasien terpapar virus corona ini disebabkan oleh ketidakberhasilan dalam mendeteksi kasus. Hal ini dinilai bisa ciptakan masalah baru.
"Indonesia belum melaporkan satu kasus pun (penularan virus Corona) dan menurut kami, seharusnya sekarang sudah ada beberapa kasus," kata Marc Lipsitch, yang terlibat dalam penelitian, kepada ABC.

Penelitian tersebut juga merekomendasikan perlunya pengawasan wabah dan kapasitas kontrol yang lebih ketat di lokasi-lokasi yang berada di bawah batas bawah PI 95%, termasuk Indonesia. Hal tersebut diperlukan untuk memastikan jumlah kasus yang terdeteksi dan menghindari munculnya transmisi yang berkelanjutan.
Meski demikian, penelitian ini belum melalui proses peer-review, atau belum ditinjau oleh para peneliti lain. Oleh karena itu, medRxiv memberikan catatan khusus bahwa hasil penelitian ini masih belum dievaluasi dan tidak dapat dijadikan dasar untuk kebijakan apapun.
Berbagai laporan telah mempertanyakan kemampuan Indonesia, negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, dalam mendeteksi novel Corona virus. Hal ini juga melihat eratnya hubungan kenegaraan China dan Indonesia. Banyak pula wisatawan China yang berkunjung ke Indonesia.
Hingga Ahad, 9 Februari 2020, jumlah korban jiwa di China akibat virus corona telah mencapai 811 orang. Para ahli medis memprediksi, wabah novel coronavirus akan melampaui kasus fatality rate SARS yang telah menewaskan 813 korban pada 2002 hingga 2003 silam.
Menurut Anung Sugihartono, selaku Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, masyarakat tak perlu menanggapi penelitian tersebut secara berlebihan karena masih berupa spekulasi semata.
"Yang jelas belum ditemukan orang Indonesia di dalam negeri yang terinfeksi novel corona virus."
Dia mengklaim Kemenkes telah melakukan sejumlah antisipasi, termasuk imbauan kepada masyarakat untuk tetap berperilaku hidup sehat, sampai menghindari bepergian ke daerah terjangkit.
Di sejumlah pintu masuk negara, Kemenkes telah menyiapkan dan melaksanakan upaya pendeteksian penderita dengan mengaktifkan pendeteksi suhu, memeriksa orang dengan gejala batuk atau pilek di bandara atau pelabuhan. Disiapkan pula 100 rumah sakit dengan fasilitas lengkap sampai pada kondisi kedaruratan yang dapat menangani pasien virus corona.
Sumber: